Jumat, 21 Februari 2014

Berlangsungnya Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Latar Belakang

Pada tanggal 6 Agustus 1945 sebuah bom atom dijatuhkan di atas kota Hiroshima Jepang oleh Amerika Serikat yang mulai menurunkan moral semangat tentara Jepang di seluruh dunia. Sehari kemudian Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia BPUPKI, atau Dokuritsu Junbi Cosakai, berganti nama menjadi PPKI ( Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau disebut juga Dokuritsu Junbi Inkai dalam bahasa Jepang, untuk lebih menegaskan keinginan dan tujuan mencapai kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal 9 Agustus 1945, bom atom kedua dijatuhkan di atas Nagasaki sehingga menyebabkan Jepang menyerah kepada Amerika Serikat dan sekutunya. Momen ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya.
Soekarno, Hatta selaku pimpinan PPKI dan Radjiman Wedyodiningrat sebagai mantan ketua BPUPKI diterbangkan ke Dalat, 250 km disebelah timur laut Saigon, Vietnam untuk bertemu Marsekal Terauchi. Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang di ambang kekalahan dan akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia. Sementara itu di Indonesia, pada tanggal 10 Agustus 1945, Sutan Syahrir telah mendengar berita lewat radio bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu. Para pejuang bawah tanah bersiap-siap memproklamasikan kemerdekaan RI, dan menolak bentuk kemerdekaan yang diberikan sebagai hadiah Jepang. Pada tanggal 12 Agustus 1945, Jepang melalui Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam, mengatakan kepada Soekarno, Hatta dan Radjiman bahwa pemerintah Jepang akan segera memberikan kemerdekaan kepada Indonesia dan proklamasi kemerdekaan dapat dilaksanakan dalam beberapa hari, tergantung cara kerja PPKI. Meskipun demikian Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 24 Agustus. Dua hari kemudian, saat Soekarno, Hatta dan Radjiman kembali ke tanah air dari Dalat, Sutan Syahrir mendesak agar Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan karena menganggap hasil pertemuan di Dalat sebagai tipu muslihat Jepang, karena Jepang setiap saat sudah harus menyerah kepada Sekutu dan demi menghindari perpecahan dalam kubu nasionalis, antara yang anti dan pro Jepang. Hatta menceritakan kepada Syahrir tentang hasil pertemuan di Dalat. Soekarno belum yakin bahwa Jepang memang telah menyerah, dan proklamasi kemerdekaan RI saat itu dapat menimbulkan pertumpahan darah yang besar, dan dapat berakibat sangat fatal jika para pejuang Indonesia belum siap. Soekarno mengingatkan Hatta bahwa Syahrir tidak berhak memproklamasikan kemerdekaan karena itu adalah hak Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Sementara itu Syahrir menganggap PPKI adalah badan buatan Jepang dan proklamasi kemerdekaan oleh PPKI hanya merupakan 'hadiah' dari Jepang.
Pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang menyerah kepada Sekutu. Tentara dan Angkatan Laut Jepang masih berkuasa di Indonesia karena Jepang telah berjanji akan mengembalikan kekuasaan di Indonesia ke tangan Sekutu. Sutan Sjahrir, Wikana, Darwis, dan Chaerul Saleh mendengar kabar ini melalui radio BBC. Setelah mendengar desas-desus Jepang bakal bertekuk lutut, golongan muda mendesak golongan tua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun golongan tua tidak ingin terburu-buru. Mereka tidak menginginkan terjadinya pertumpahan darah pada saat proklamasi. Konsultasi pun dilakukan dalam bentuk rapat PPKI. Golongan muda tidak menyetujui rapat itu, mengingat PPKI adalah sebuah badan yang dibentuk oleh Jepang. Mereka menginginkan kemerdekaan atas usaha bangsa kita sendiri, bukan pemberian Jepang. Soekarno dan Hatta mendatangi penguasa militer Jepang (Gunsei) untuk memperoleh konfirmasi di kantornya di Koningsplein (Medan Merdeka). Tapi kantor tersebut kosong. Soekarno dan Hatta bersama Soebardjo kemudian ke kantor Bukanfu, Laksamana Muda Maeda, di Jalan Medan Merdeka Utara (Rumah Maeda di Jl Imam Bonjol 1). Maeda menyambut kedatangan mereka dengan ucapan selamat atas keberhasilan mereka di Dalat. Sambil menjawab ia belum menerima konfirmasi serta masih menunggu instruksi dari Tokyo. Sepulang dari Maeda, Soekarno dan Hatta segera mempersiapkan pertemuan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada pukul 10 pagi 16 Agustus keesokan harinya di kantor Jalan Pejambon No 2 guna membicarakan segala sesuatu yang berhubungan dengan persiapan Proklamasi Kemerdekaan. Sehari kemudian, gejolak tekanan yang menghendaki pengambilalihan kekuasaan oleh Indonesia makin memuncak dilancarkan para pemuda dari beberapa golongan.Rapat PPKI pada 16 Agustus pukul 10 pagi tidak dilaksanakan karena Soekarno dan Hatta tidak muncul. Peserta rapat tidak tahu telah terjadi peristiwa Rengasdengklok.

Peristiwa Rengasdengklok
Para pemuda pejuang, termasuk Chaerul Saleh, Sukarni, dan Wikana--yang konon kabarnya terbakar gelora heroismenya setelah berdiskusi dengan Ibrahim gelar Datuk Tan Malaka --yang tergabung dalam gerakan bawah tanah kehilangan kesabaran, dan pada dinihari tanggal 16 Agustus 1945. Bersama Shodanco Singgih, salah seorang anggota PETA, dan pemuda lain, mereka membawa Soekarno (bersama Fatmawati dan Guntur yang baru berusia 9 bulan) dan Hatta, ke Rengasdengklok, yang kemudian terkenal sebagai peristiwa Rengasdengklok. Tujuannya adalah agar Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang. Di sini, mereka kembali meyakinkan Soekarno bahwa Jepang telah menyerah dan para pejuang telah siap untuk melawan Jepang, apapun risikonya. Di Jakarta, golongan muda, Wikana, dan golongan tua, yaitu Mr. Ahmad Soebardjo melakukan perundingan. Mr. Ahmad Soebardjo menyetujui untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Jakarta. Maka diutuslah Yusuf Kunto untuk mengantar Ahmad Soebardjo ke Rengasdengklok. Mereka menjemput Ir. Soekarno dan Drs.Moh. Hatta kembali ke Jakarta. Mr. Ahmad Soebardjo berhasil meyakinkan para pemuda untuk tidak terburu-buru memproklamasikan kemerdekaan. Setelah tiba di Jakarta, mereka pulang ke rumah masing-masing. Mengingat bahwa hotel Des Indes (sekarang kompleks pertokoan di Harmoni) tidak dapat digunakan untuk pertemuan setelah pukul 10 malam, maka tawaran Laksamana Muda Maeda untuk menggunakan rumahnya (sekarang gedung museum perumusan teks proklamasi) sebagai tempat rapat PPKI diterima oleh para tokoh Indonesia.

Pertemuan Soekarno/Hatta dengan Jenderal Mayor Nishimura dan Laksamana Muda Maeda
Malam harinya, Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta. Mayor Jenderal Moichiro Yamamoto, Kepala Staf Tentara ke XVI (Angkatan Darat) yang menjadi Kepala pemerintahan militer Jepang (Gunseikan) di Hindia Belanda tidak mau menerima Sukarno-Hatta yang diantar oleh Maeda Tadashi dan memerintahkan agar Mayor Jenderal Otoshi Nishimura, Kepala Departemen Urusan Umum pemerintahan militerJepang, untuk menerima kedatangan rombongan tersebut. Nishimura mengemukakan bahwa sejak siang hari tanggal 16 Agustus 1945 telah diterima perintah dari Tokyo bahwa Jepang harus menjaga status quo, tidak dapat memberi ijin untuk mempersiapkan proklamasi Kemerdekaan Indonesia sebagaimana telah dijanjikan oleh Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam. Soekarno dan Hatta menyesali keputusan itu dan menyindir Nishimura apakah itu sikap seorang perwira yang bersemangat Bushido, ingkar janji agar dikasihani oleh Sekutu. Akhirnya Sukarno-Hatta meminta agar Nishimura jangan menghalangi kerja PPKI, mungkin dengan cara pura-pura tidak tau. Melihat perdebatan yang panas itu Maeda dengan diam-diam meninggalkan ruangan karena diperingatkan oleh Nishimura agar Maeda mematuhi perintah Tokyo dan dia mengetahui sebagai perwira penghubung Angkatan Laut (Kaigun) di daerah Angkatan Darat (Rikugun) dia tidak punya wewenang memutuskan.
Setelah dari rumah Nishimura, Sukarno-Hatta menuju rumah Laksamana Maeda (kini Jalan Imam Bonjol No.1) diiringi oleh Myoshiguna melakukan rapat untuk menyiapkan teks Proklamasi. Setelah menyapa Sukarno-Hatta yang ditinggalkan berdebat dengan Nishimura, Maeda mengundurkan diri menuju kamar tidurnya. Penyusunan teks Proklamasi dilakukan oleh Soekarno, M. Hatta, Achmad Soebardjo dan disaksikan oleh Soekarni, B.M. Diah, Sudiro (Mbah) dan Sayuti Melik. Myoshiyang setengah mabuk duduk dikursi belakang mendengarkan penyusunan teks tersebut tetapi kemudian ada kalimat dari Shigetada Nishijima seolah-olah dia ikut mencampuri penyusunan teks proklamasi dan menyarankan agar pemindahan kekuasaan itu hanya berarti kekuasaan administratif. Tentang hal ini Bung Karno menegaskan bahwa pemindahan kekuasaan itu berarti. Bung Hatta, Subardjo, B. M Diah, Sukarni, Sudiro dan Sajuti Malik tidak ada yang membenarkan klaim Nishijima tetapi di beberapa kalangan klaim Nishijima masih di dengungkan. Setelah konsep selesai disepakati, Sajuti menyalin dan mengetik naskah tersebut menggunakan mesin ketik yang diambil dari kantor perwakilan AL Jerman, milik Mayor(Laut) Dr. Hermann Kandeler. Pada awalnya pembacaan proklamasi akan dilakukan di Lapangan Ikada, namun berhubung alasan keamanan dipindahkan kekediaman Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur 56 (sekarangJl. Proklamasi no. 1).

Detik-detik Pembacaan Naskah Proklamasi
Perundingan antara golongan muda dan golongan tua dalam penyusunan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia berlangsung pukul 02.00 - 04.00 dini hari. Teks proklamasi ditulis diruang makan di laksamana Tadashi Maeda jln Imam Bonjol No 1. Para penyusun teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan Mr. Ahmad Soebarjo. Konsep teks proklamasi ditulis oleh Ir. Soekarno sendiri. Di ruang depan, hadir B.M Diah Sayuti Melik, Sukarni dan Soediro. Sukarni mengusulkan agar yang menandatangani teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta atas nama bangsa Indonesia. Teks Proklamasi Indonesia itu diketik oleh Sayuti Melik. Pagi harinya, 17 Agustus 1945, di kediaman Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur 56 telah hadir antara lain Soewirjo, Wilopo, Gafar Pringgodigdo, Tabrani dan Trimurti.
Acara dimulai pada pukul 10:00 dengan pembacaan proklamasi oleh Soekarno dan disambung pidato singkat tanpa teks. Kemudian bendera Merah Putih, yang telah dijahit oleh bu Fatmawati, dikibarkan, disusul dengan sambutan oleh Soewirjo, wakil walikota Jakarta saat itu dan Moewardi, pimpinan Barisan Pelopor. Pada awalnya Trimurti diminta untuk menaikkan bendera namun ia menolak dengan alasan pengerekan bendera sebaiknya dilakukan oleh seorang prajurit. Oleh sebab itu ditunjuklah Latief Hendraningrat, seorang prajurit PETA, dibantu oleh Soehoed untuk tugas tersebut. Seorang pemudi muncul dari belakang membawa nampan berisi bendera Merah Putih ( Sang Saka Merah Putih), yang dijahit oleh Fatmawati beberapa hari sebelumnya. Setelah bendera berkibar, hadirin menyanyikan lagu Indonesia Raya. Sampai saat ini, bendera pusaka tersebut masih disimpan di Museum Tugu Monumen Nasional. Setelah upacara selesai berlangsung, kurang lebih 100 orang anggota Barisan Pelopor yang dipimpin S. Brata datang terburu-buru karena mereka tidak mengetahui perubahan tempat mendadak dari Ikada ke Pegangsaan. Mereka menuntut Soekarno mengulang pembacaan Proklamasi, namun ditolak. Akhirnya Hatta memberikan amanat singkat kepada mereka. Pada tanggal 18 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mengambil keputusan, mengesahkan dan menetapkan Undang-Undang Dasar (UUD) sebagai dasar negara Republik Indonesia, yang selanjutnya dikenal sebagai UUD 45.
Dengan demikian terbentuklah Pemerintahan Negara Kesatuan Indonesia yang berbentuk Republik (NKRI) dengan kedaulatan di tangan rakyat yang dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang akan dibentuk kemudian. Setelah itu Soekarno dan M. Hatta terpilih atas usul dari Oto Iskandardinata dan persetujuan dari PPKI sebagai Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia yang pertama. Presiden dan Wakil Presiden akan dibantu oleh sebuah Komite Nasional.

Pahlawan Nasional Usman dan Harun

Nama Usman dan Harun saat ini menjadi berita hangat di media massa setelah TNI AL akan menamakan sebuah kapal perang TNI AL (KRI) dengan nama Usman Harun. Pemerintah Singapura keberatan, sebab keduanya adalah orang-orang yang dianggap teroris oleh Singapura, sementara di Tanah Air, dia adalah pahlawan bangsa.
Kapal perang TNI
Usman Harun merupakan nama dua prajurit Korps Komando Operasi (KKO) pada periode 1960-an, atau yang disebut Marinir AL sekarang ini. Keduanya diberi gelar pahlawan nasional setelah dihukum mati oleh Pemerintah Singapura lantaran diduga melakukan aksi terorisme di Macdonald House.

Semuanya berawal ketika pada 31 Agustus 1957 berdiri negara Persemakmuran Malaya. Saat itu Singapura ingin bergabung dalam persemakmuran namun ditolak oleh Inggris. Lalu pada 16 September 1963 dibentuk federasi baru bernama Malaysia yang merupakan negara gabungan Singapura, Kalimantan Utara (Sabah), dan Sarawak.
Kesultanan Brunei kendatipun ingin bergabung dengan Malaysia, namun tekanan oposisi yang kuat lalu menarik diri. Alasan utama penarikan diri adalah Brunei merasa memiliki banyak sumber minyak, yang nanti akan jatuh ke pemerintahan pusat (Malaysia).
Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Soekarno sejak semula menentang keinginan Federasi Malaya yang tidak sesuai dengan perjanjian Manila Accord. Presiden Soekarno menganggap pembentukan Federasi Malaysia sebagai “boneka Inggris” merupakan kolonialisme dan imperialisme dalam bentuk baru serta dukungan terhadap berbagai gangguan keamanan dalam negeri dan pemberontakan di Indonesia.
Maka dibentuklah sukarelawan untuk dikirim ke negara itu setelah dikomandokannya Dwikora oleh Presiden Sukarno pada tanggal 3 Mei 1964 di Jakarta.
Adalah Harun Said dan Usman Hj Mohd Ali, dua anggota KKO (Korps Komando Operasi -kini dikenal dengan Korps Marinir) yang diberangkatkan ke Singapura dengan menggunakan perahu karet. Tugasnya adalah menyabotase kepentingan-kepentingan Malaysia dan Singapura.
Berikut ini adalah catatan perjalanan dua Pahlawan Nasional itu sebagaimana tersimpan dalam catatan sejarah KKO.
Kisah Lengkap Kepahlawanan Usman dan Harun
Pahlawan Nasional; Usman dan Harun
Memasuki wilayah Singapura
Tanggal 8 Maret 1965 pada waktu tengah malam buta, saat air laut tenang, ketiga sukarelawan ini mendayung perahu. Sukarelawan itu dapat melakukan tugasnya berkat latihan-latihan dan ketabahan mereka. Dengan cara hati-hati dan orientasi yang terarah mereka mengamati tempat-tempat penting yang akan dijadikan obyek sasaran, dan tugas mengamati sasaran-sasaran ini dilakukan sampa larut malam. Setelah memberikan laporan singkat, mereka mengadakan pertemuan di tempat rahasia untuk melaporkan hasil pengamatan masing-masing. Atas kelihaiannya mereka dapat berhasil kembali ke induk pasukannya, yaitu Pulau Sambu sebaga Basis II di mana Usman dan Harus bertugas.
Pada malam harinya Usman memesan anak buahnya agar berkumpul kembali untuk merencanakan tugas-tugas yang harus dilaksanakan, disesuaikan dengan hasil penyelidikan mereka masing-masing. Setelah memberikan laporan singkat,mereka mengadakan perundingan tentang langkah yang akan ditempuh karena belum adanya rasa kepuasan tentang penelitian singkat yang mereka lakukan,ketiga sukarelawan di bawah pimpinan Usman, bersepakat untuk kembali lagi ke daerah sasaran untuk melakukan penelitian yang mendalam. Sehingga apa yangdibebankan oleh atasannya akan membawa hasil yang gemilang.
Di tengah malam buta, di saat kota Singapura mulai sepi dengan kebulatan dan kesepakatan, mereka memutuskan untuk melakukan peledakan Hotel Mac Donald. Diharapkan dapat menimbulkan kepanikan dalam masyarakat sekitarnya. Hotel tersebut terletak di Orchad Road sebuah pusat keramaian d kota Singapura.Pada malam harinya Usman dan kedua anggotanya kembali menyusuri Orchad Road.
Di tengah-tengah kesibukan dan keramaian kota Singapura ketiga putra Indonesia bergerak menuju ke sasaran yang ditentukan, tetapi karena pada saat itu suasana belum mengijinkan akhirnya mereka menunggu waktu yang paling tepat untuk menjalankan tugas.
Setelah berangsur-angsur sepi,mulailah mereka dengan gesit mengadakan gerakan-gerakan menyusup untuk memasang bahan peledak seberat 12,5 kg.
Dalam keheningan malam kira-kira pukul 03.07 malam tersentaklah penduduk kota Singapura oleh ledakan yang dahsyat seperti gunung meletus. Ternyata ledakan tersebut berasal dari bagian bawah Hotel Mac Donald yang terbuat dari beton cor tulang, hancur berantakan dan pecahannya menyebar ke penjuru sekitarnya. Penghuni hotel yang mewah itu kalang kabut, saling berdesakan ingin keluar untuk menyelamatkan diri masing-masing. Demikian pula penghuni toko sekitarnya berusaha lari dari dalam tokonya.
Beberapa penghuni hotel dan toko ada yang tertimbun oleh reruntuhan sehingga mengalami luka berat dan ringan. Dalam peristiwa ini, 20 buah toko di sekitar hotel itu mengalami kerusakan berat, 24 buah kendaraan sedan hancur, 30 orang meninggal, 35 orang mengalami luka-luka berat dan ringan. Di antara orang-orang yang berdesakan dari dalam gedung ingin keluar dari hotel tersebut tampak seorang pemuda ganteng yang tak lain adalah Usman.
Di tengah suasana yang penuh kepanikan bagi penghuni Hotel Mac Donald dan sekitarnya, Usman dan anggotanya dengan tenang berjalan semakin menjauh ditelan kegelapan malam untuk menghindar dari kecurigaan. Mereka kembali memencar menuju tempat perlindungan masing-masing.
Mc Donald House
Mc Donald House
Pada hari itu juga tanggal 10 Maret 1965 mereka berkumpul kembali. Bersepakat bagaimana caranya untuk kembali ke pangkalan. Situasi menjadi sulit, seluruh aparat keamanan Singapura dikerahkan untuk mencari pelaku yang meledakkan Hotel Mac Donald.
Melihat situasi demikian sulitnya, lagi pula penjagaan sangat ketat, tak ada celah selubang jarumpun untuk bisa ditembus. Sulit bagi Usman, Harun dan Gani keluar dari wilayah Singapura.Untuk mencari jalan keluar, Usman dan anggotanya sepakat untuk menerobos penjagaan dengan menempuh jalan masing-masing, Usman bersama Harun,sedangkan Gani bergerak sendiri.
Setelah berhasil melaksanakan tugas, pada tanggal 11 Maret 1965 Usman dan anggotanya bertemu kembali dengan diawali salam kemenangan, karena apa yang mereka lakukan berhasil. Dengan kata sepakat telah disetujui secara bulat untuk kembali ke pangkalan dan sekaligus melaporkan hasil yang telah dicapai kepada atasannya.
Sebelum berpisah Usman menyampaikan pesan kepada anggotanya, barang siapa yang lebih dahulu sampai ke induk pasukan, supaya melaporkan hasil tugas telah dilakukan kepada atasan. Mulai saat inilah Usman dan Harus berpisah dengan Gani sampai akhir hidupnya.
Gagal kembali ke pangkalan  
Usaha ketiga sukarelawan kembali ke pangkalan dengan jalan masing-masing.Tetapi Usman yang bertindak sebagai pimpinan tidak mau melepas Harun berjalan sendiri, hal ini karena Usman sendiri belum faham betul dengan daerah Singapura, walaupun ia sering memasuki daerah ini. Karena itu Usman meminta kepada Harun supaya mereka bersama-sama mencari jalan keluar ke pangkalan.
Untuk menghindari kecurigaan terhadap mereka berdua, mereka berjalan saling berjauhan, seolah-olah kelihatan yang satu dengan yang lain tidak ada hubungan sama sekali. Namun walaupun demikian tetap tidak lepas dari pengawasan masing-masing dan ikatan mereka dijalin dengan isyarat tertentu. Semua jalan telah mereka tempuh, namun semua itu gagal.
Dengan berbagai usaha akhirnya mereka berdua dapat memasuki pelabuhanSingapura, mereka dapat menaiki kapal dagang Begama yang pada waktu itu akan berlayar menuju Bangkok. Kedua anak muda itu menyamar sebagai pelayan dapur.Sampai tanggal 12 Maret 1965 mereka berdua bersembunyi di kapal tersebut.Tetapi pada malam itu, waktu kapten kapal Begama mengetahui ada dua orang yang bukan anak buahnya berada dalam kapal, dia mengusir mereka dari kapal. Kalau tidak mau pergi dari kapalnya, akan dilaporkan kepada polisi. Alasan mengusir kedua pemuda itu karena mereka takut diketahui oleh Pemerintah Singapura dan kapalnya akan ditahan. Akhirnya pada tanggal 13 Maret 1965 kedua sukarelawan Indonesia keluar dari persembunyiannya.
Usman dan Harun terus berusaha mencari sebuah kapal tempat bersembunyi supaya dapat keluar dari daerah Singapura. Ketika mereka sedang mencari-cari kapal, tiba-tiba tampaklah sebuah motorboat yang dikemudikan oleh seorang Cina. Daripada tidak berbuat akan tertangkap, lebih baik berbuat dengan dua kemungkinan tertangkap atau dapat lolos dari bahaya. Akhirnya dengan tidak pikir panjang mereka merebut motorboat dari pengemudinya dan dengan cekatan mereka mengambil alih kemudi, kemudian haluan diarahkan menuju ke Pulau Sambu.
Tetapi apa daya manusia boleh berencana, Tuhan yang menentukan.Sebelum mereka sampai ke perbatasan perairan Singapura, motorboatnya macet ditengah laut. Mereka tidak dapat lagi menghindari diri dari patroli musuh,sehingga pada pukul 09.00 tanggal 13 Maret 1965 Usman dan Harun tertangkap dan dibawa ke Singapura sebagai tawanan.
Mereka menyerahkan diri kepada Tuhan, semua dihadapi walau apa yang terjadi, karena usaha telah maksimal untuk mencari jalan. Nasib manusia di tanganTuhan, semua itu adalah kehendak-Nya. Karena itulah Usman dan Harus tenang saja, tidak ada rasa takut dan penyesalan yang terdapat pada diri mereka.
Sebelum diadili mereka berdua mendekam dalam penjara. Mereka dengan sabar menunggu saat mereka akan dibawa ke meja hijau. Alam Indonesia telah ditinggalkan, apakah untuk tinggal selama-lamanya, semua itu hanya Tuhan yang Maha Mengetahui.
Tabah sampai akhir
Proses Pengadilan. 
Usman dan Harun selama kurang lebih 8 bulan telah meringkuk di dalam penjara Singapura sebagai tawanan dan mereka dengan tabah menunggu prosesnya. Pada tanggal 4 Oktober 1965 Usman dan Harun dihadapkan ke depan sidang Pengadilan Mahkamah Tinggi (High Court) Singapura dengan J. Chua sebagai hakim.
Usman dai Harun dihadapkan ke Sidang Pengadilan Tinggi (High Court) Singapura dengan tuduhan :
1. Menurut ketentuan International Security Act Usman dan Harun telah melanggar Control Area.
2. Telah melakukan pembunuhan terhadap tiga orang.
3. Telah menempatkan alat peledak dan menyalakannya.
Dalam proses pengadilan ini, Usman dan Harun tidak dilakukan pemeriksaan pendahuluan, sesuai dengan Emergency Crimina Trials Regulation tahun 1964. Dalam Sidang Pengadilan Tinggi (Hight Court) kedua tertuduh Usman dan Harun telah menolak semua tuduhan itu. Hal ini mereka lakukan bukan kehendak sendiri, karena dalam keadaan perang. Oleh karena itu mereka meminta kepada sidang supaya mereka dilakukan sebagai tawanan perang (Prisoner of War).
Namun tangkisan tertuduh Usman dan Harun tidak mendapat tanggapan yang layak dari sidang majelis. Hakim telah menolak permintaan tertuduh, karena sewaktu kedua tertuduh tertangkap tidak memakai pakaian militer. Persidangan berjalan kurang lebih dua minggu dan pada tanggal 20 Oktober 1965 SidangPengadilan Tinggi (Hight Court) yan dipimpin oleh Hakim J. Chua memutuskan bahwa Usman dan Harun telah melakukan sabotase dan mengakibatkan meninggalnyatiga orang sipil.
Dengan dalih ini, kedua tertuduh dijatuhi hukuman mati.
Pada tanggal 6 Juni 1966 Usman dan Harun naik banding ke FederalCourt of Malaysia dengan Hakim yang mengadilinya: Chong Yiu, Tan Ah Tah danJ.J. Amrose.
Pada tanggal 5 Oktober 1966 Federal Court of Malaysia menolak perkara naik banding Usman dan Harun. Kemudian pada tanggal 17 Februari 1967perkara tersebut diajukan lagi ke Privy Council di London.
Dalam kasus ini Pemerintah Indonesia menyediakan empat Sarjana Hukum sebagai pembela yaitu Mr. Barga dari Singapura, Noel Benyamin dari Malayasia, Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja SH dari Indonesia, dan Letkol  (L) Gani Djemat SH Atase ALRI di Singapura.
Usaha penyelamatan jiwa kedua pemuda Indonesia itu gagal. Surat penolakan datang pada tanggal 21 Mei 1968.
Setelah usaha naik banding mengenai perkara Usman dan Harun ke Badan Tertinggi yang berlaku di Singapura itu gagal, maka usaha terakhir adalah untuk mendapat grasi dari Presiden Singapura Yusuf bin Ishak. Permohonan ini diajukan pada tanggal 1 Juni 1968. Bersamaan dengan itu usaha penyelamatan kedua prajurit oleh Pemerintah Indonesia makin ditingkatkan.
Kedutaan RI di Singapura diperintahkan untuk mempergunakan segala upaya yang mungkin dapat dijalankan guna memperoleh pengampunan. Setidak-tidaknya memperingan kedua sukarelawan Indonesia tersebut.
Pada tanggal 4 Mei 1968 Menteri Luar Negeri Adam Malik berusaha melalui Menteri Luar Negeri Singapura membantu usaha yang dilakukan KBRI. Ternyata usaha inipun mengalami kegagalan. Pada tanggal 9 Oktober 1968, Menlu Singapura menyatakan bahwa permohonan grasi atas hukuman mati Usman dan Harun ditolak oleh Presiden Singapura.
Pemerintah Indonesia dalam saat-saat terakhir hidup Usman dan Harun terus berusaha mencari jalan. Pada tanggal 15 Oktober 1968 Presiden Suharto mengirim utusan pribadi, Brigjen TNI Tjokropanolo ke Singapura untuk menyelamatkan kedua patriot Indonesia.
Pada saat itu PM Malaysia Tengku Abdulrahman juga meminta kepada Pemerintah Singapura agar mengabulkan permintaan Pemerintah Indonesia. Namun Pemerintah Singapura tetap pada pendiriannya tidak mengabulkannya. Bahkan demi untuk menjaga prinsip-prinsip tertib hukum, Singapura tetap akan melaksanakan hukuman mati terhadap dua orang KKO Usman dan Harun, yang akan dilaksanakan pada tanggal 17 Oktober1968 pukul 06.00 pagi waktu Singapura.
Permintan terakhir Presiden Suharto agar pelaksanaan hukuman terhadap kedua mereka ini dapat ditunda satu minggu untuk mempertemukan kedua terhukum dengan orang tuanya dan sanak farmilinya. Permintaan ini juga ditolak oleh Pemerintah Singapura yang tetap pada keputusannya, melaksanakan hukuman gantung terhadap Usman dan Harun.
Pesan terakhir
Waktu berjalan terus dan sampailah pada pelaksanaan hukuman, di mana Pemerintah Singapura telah memutuskan dan menentukan bahwa pelaksanaan hukuman gantung terhadap Usman dan Harun tanggal 17 Oktober 1968, tepat pukul 06.00 pagi.
Dunia merasa terharu memikirkan nasib kedua patriot Indonesia yang gagah perkasa, tabah dan menyerahkan semua itu kepadapencipta-Nya.
Seluruh rakyat Indonesia ikut merasakan nasib kedua patriot ini. Demikian juga dengan Pemerintah Indonesia, para pemimpin terus berusaha untuk menyelesaikan masalah ini. Sebab merupakan masalah nasional yang menyangkut perlindungan dan pembelaan warga negaranya.
Satu malam sebelum pelaksanaan hukuman, hari Rabu sore tanggal 16 Oktober 1968, Brigjen TIN Tjokropranolo sebagai utusan pribadi Presiden Suharto datang ke penjara Changi. Dengan diantar Kuasa Usaha Republik Indonesia di Singapura Kolonel A. Ramli dan didampingi Atase Angkatan Laut Letkol ((G) Gani Djemat SH, dapat berhadapan dengan Usman dan Harun di balik terali besi yang menyeramkan pada pukul16.00. Tempat inilah yang telah dirasakan oleh Usman dan Harun selama dalam penjara dan di tempat ini pula hidupnya berakhir.
Para utusan merasa kagum karena telah sekian tahun meringkuk dalam penjaradan meninggalkan Tanah Air, namun dari wajahnya tergambar kecerahan dan kegembiraan, dengan kondisi fisik yang kokoh dan tegap seperti gaya khas seorang prajurit KKO AL yang tertempa. Tidak terlihat rasa takut dan gelisah yang membebani mereka, walaupun sebentar lagi tiang gantungan sudah menunggu.
Keduanya segera mengambil sikap sempurna dan memberikan hormat serta memberikan laporan lengkap, ketika Letkol Gani Djemat SH memperkenalkan Brigjen Tjokropranolo sebagai utusan Presiden Suharto. Sikap yang demikian membuat Brigjen Tjokropranolo hampir tak dapat menguasai diri dan terasa berat untuk menyampaikan pesan.
Pertemuan ini membawa suasana haru, sebagai pertemuan Bapak dan Anak yang mengantarkan perpisahan yang tak akan bertemu lagi untuk selamanya. Hanya satu-satunya pesan yang disampaikan adalah bahwa Presiden Suharto telah menyatakan mereka sebagai Pahlawan dan akan dihormati oleh seluruh rakyat Indonesia, kemudian menyampaikan salut atas jasa mereka berdua terhadap Negara.
Sebagai manusia beragama, Brigjen Tjokropranolo mengingatkan kembali supaya tetap teguh, tawakal dan berdoa, percayalah bahwa Tuhan selalu bersama kita. Kolonel A. Rambli dalam kesempatan itu pula menyampaikan, bahwa Presiden Suharto mengabulkan permintaan mereka untuk dimakamkan berdampingan di Indonesia.
Sebelum berpisah Usman dan Harun dengan sikap sempurna menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Presiden RI Jenderal Suharto atas usahanya, kepada Jenderal Panggabean, kepada mahasiswa dan pelajar, Sarjana Hukum, dan Rakyat Indonesia yang telah melakukan upaya kepadanya. Pertemuan selesai, Sersan KKO Usman memberikan aba-aba, dan keduanya memberi hormat
Menjalani Hukuman Mati
Pada saat ketiga pejabat Indonesia meninggalkan penjara Changi, Usman danHarun kembali masuk penjara, tempat yang tertutup dari keramaian dunia.Usman dan Harun termasuk orang-orang yang teguh terhadap agama.
Mereka berdua adalah pemeluk agama Islam yang saleh. Di alam yang sepi itu menambah hati mereka semakin dekat dengan pencipta-Nya. Karena itu empat tahun dapat mereka lalui dengan tenang. Mereka selalu dapat tidur dengan nyenyaknya walaupun pelaksanaan hukuman mati semakin dekat.
Pemerintah dan rakyat Indonesia mengenang kembali perjuangan kedua pemuda ini dan dengan keharuan ikut merasakan akan nasib yang menimpa mereka.Sedangkan Usman dan Harun dengan tenang menghuni penjara Changi yang sepi dan suram itu.
Mereka menghuni ruangan yang dibatasi oleh empat dinding tembok, sedangkan di luar para petugas terus mengawasi dengan ketat. Usman dan Harun yang penuh dengan iman dan taqwa dan semangat juang yang telah ditempa oleh Korpsnya KKO AL menambah modal besar untuk memberikan ketenangan dalam diri mereka yang akan menghadapi maut.
Di penjara Changi, pada hari itu udara masih sangat dingin suasana mencekam,tetapi dalam penjara Changi kelihatan sibuk sekali. Petugas penjara sejak sore sudah berjaga-jaga, dan pada hari itu tampak lebih sibuk lagi.
Di sebuah ruangan kecil dengan terali-terali besi rangkap dua Usman dan Harun benar-benar tidur dengan pulasnya. Meskipun pada hari itu mereka akan menghadapi maut, namun kedua prajurit itu merasa tidak gentar bahkan khawatir pun tidak.
Dengan penuh tawakal dan keberanian luar biasa mereka akan menghadapi tali gantungan.Sikap kukuh dan tabah ini tercermin dalam surat-surat yang mereka tulis pada tanggal 16 Oktober 1968, yang tetap melambangkan ketegaran jiwa dan menerima hukuman dengan gagah berani.
Betapa tabahnya mereka menghadapi kematian, hal in dapat dilihat dari surat-surat mereka yang dikirimkan kepadakeluarganya.
Sebagian Surat Usman yang berbunyi sebagai berikut:
Berhubung tuduhan dinda yang bersangkutan maka perlu anak anda menghaturkan berita duka kepangkuan Bunda sekeluarga semua di sini bahwa pelaksanaan hukuman mati ke atas anakanda telah diputuskan pada 17 Oktober 1968, hari Kamis 24 Rajab 1388.


Sebagian isi surat dari Harun sebagai berikut:
Bersama ini adindamu menyampaikan berita yang sangat mengharukan seisi kaum keluarga di sana itu ialah pada 14-10-1968 jam 10.00 pagi waktu Singapura rayuan adinda tetap akan menerima hukuman gantungan sampai mati.


Menghadapi Tiang Gantungan
Pukul 05.00 subuh kedua tawanan itu dibangunkan oleh petugas penjara,kemudian disuruh sembahyang menurut agamanya masing-masing. Sebenarnya tanpa diperintah ataupun dibangunkan Usman dan Harun setiap waktu tidak pernah melupakan kewajibannya untuk bersujud kepadaTuhan Yang Maha Esa. Karena sejak kecil kedua pemuda itu sudah diajar masalah keagamaan dengan matang.
Setelah melakukan sembahyang Usman dan Harun dengan tangan diborgol dibawa oleh petugas ke kamar kesehatan untuk dibius. Dalam keadaan terbius dan tidak sadar masing-masing urat nadinya dipotong oleh dokter tersebut, sehingga mereka berdua lumpuh sama sekali.
Dalam keadaan, lumpuh dan tangan tetap diborgol, Usman dan Harun dibawa petugas menuju ke tiang gantungan.Tepat pukul 06.00 pagi hari Kamis tanggal 17 Oktober 1968 tali gantungan dikalungkan ke leher Usman dan harun.
Pada waktu itu pula seluruh rakyat Indonesia yang mengetahui bahwa kedua prajurit Indonesia digantung batang lehernya tanpa mengingat segi-segi kemanusiaan menundukkan kepala sebagai tanda berkabung. Kemudian mereka menengadah berdoa kepada Illahi semoga arwah kedua prajurit Indonesia itu mendapatkan tempat yang layak di sisi-Nya. Mereka telah terjerat di ujung tali gantungan di negeri orang, jauh dari sanak keluarga, negara dan bangsanya. Mereka pergi untuk selama-lamanya demi kejayaan Negara, Bangsa dan Tanah Air tercinta.
Eksekusi telah selesai, Usman dan Harun telah terbujur, terpisah nyawa dari jasadnya. Kemudian pejabat penjara Changi keluar menyampaikan berita kepada para wartawan yang telah menanti dan tekun mengikuti peristiwa ini, bahwa hukuman telah dilaksanakan. Dengan sekejap itu pula tersiar berita ke seluruh penjuru dunia menghiasi lembaran mass media sebagai pengumuman terhadap dunia atas terlaksananya hukuman gantungan terhadap Usman danHarun.
Bendera Merah Putih telah dikibarkan setengah tiang sebagai tanda berkabung. Sedangkan masyarakat Indonesia yang berada di Singapura berbondong-bondong datang membanjiri Kantor Perwakilan Indonesia dengan membawa karangan bunga sebagai tanda kehormatan terakhir terhadap kedua prajuritnya.
Begitu mendapat berita pelaksanaan eksekusi, Pemerintah Indonesia mengirim Dr. Ghafur dengan empat pegawai Kedutaan Besar RI ke penjara Changi untuk menerima kedua jenazah itu dan untuk dibawa ke Gedung Kedutaan Besar RI untuk disemayamkan. Akan tetapi kedua jenazah belum boleh dikeluarkan dari penjara sebelum dimasukkan ke dalam peti dan menunggu perintah selanjutnya dari Pemerintah Singapura.
Pemerintah Indonesia mendatangkan lima Ulama untuk mengurus kedua jenazah di dalam penjara Changi. Setelah jenazah dimasukkan ke dalam peti, Pemerintah Singapura tidak mengizinkan Bendera Merah Putih yang dikirimkan Pemerintah Indonesia untuk diselubungkan pada peti jenazah kedua Pahlawan tersebut pada saat masih di dalam penjara. Pukul 10.30 kedua jenzah baru diizinkan dibawa ke Kedutaan Besar RI.
Mendapat penghormatan terakhir dan Anugerah dari Pemerintah  
Setelah mendapatkan penghormatan terakhir dari masya rakat Indonesia di KBRI, pukul 14.00 jenazah diberangkatkan ke lapangan terbang di mana telah menunggu pesawat TNI-AU yang akan membawa ke Tanah Air.
Pada hari itu Presiden Suharto sedang berada di Pontianak meninjau daerah Kalimantan Barat yang masih mendapat gangguan dari gerombolan PGRS dan Paraku. Waktu Presiden diberitahukan bahwa Pemerintah Singapura telah melaksanakan hukuman gantung terhadap Usman dan Harun, maka Presiden Suharto menyatakan kedua prajurit KKO-AL itu sebagai Pahlawan Nasional.
Pada pukul 14.35 pesawat TNI-AU yang khusus dikirim dari Jakarta meninggalkan lapangan terbang Changi membawa kedua jenazah yang telah diselimuti oleh dua buah bendera Merah Putih yang dibawa dari Jakarta.
Padahari itu juga, tanggal 17 Oktober 1968 kedua Pahlawan Usman dan Harun telah tiba di Tanah Air. Puluhan ribu, bahkan ratusan ribu rakyat Indonesia menjemput kedatangannya dengan penuh haru dan cucuran air mata. Sepanjang jalan antara Kemayoran, Merdeka Barat penuh berjejal manusia yang ingin melihat kedatangan kedua pahlawannya, pahlawan yang membela kejayaan Negara, Bangsa dan Tanah Air.
Setibanya di lapangan terbang Kemayoran kedua jenazah Pahlawan itu diterima oleh Panglima Angkatan Laut Laksamana TNI  R. Muljadi dan seterusnya disemayamkan di Aula Hankam Jalan Merdeka Barat sebelum dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata.
Pada upacara penyerahan kedua jenazah Pahlawan ini menimbulkan suasana yang mengharukan. Di samping kesedihan yang meliputi wajah masyarakat yang menghadiri upacara tersebut, di dalam hati mereka tersimpan kemarahan yang tak terhingga atas perlakuan negara tetangga yang sebelumnya telah mereka anggap sebagai sahabat baik.
Pada barisan paling depan terdiri dari barisan Korps Musik KKO-AL yang memperdengarkan musik sedih lagu gugur bunga, kemudian disusul dengan barisan karangan bunga. Kedua peti jenazah tertutup dengan bendera Merah Putih yang ditaburi bunga di atasnya. Kedua peti ini didasarkan kepada Inspektur Upacara Laksamana TNI R. Mulyadi yang kemudian diserahkan kepada Kas Hankam Letjen TNI Kartakusumah di Aula Hankam.
Di belakang peti turut mengiringi Brigjen TNI Tjokropranolo dan Kuasa UsahaRI untuk Singapura Letkol M. Ramli yang langsung mengantar jenazah Usman dan Harun dari Singapura. Suasana tambah mengharukan dalam upacara ini karena baik BrigjenTjokropranolomaupun Laksamana R. Muljadi kelihatan meneteskan air mata.
Malam harinya, setelah disemayamkan di Aula Hankam mendapat penghormatan terakhir dari pejabat-pejabat Pemerintah, baik militer maupun sipil. Jenderal TNI Nasution kelihatan bersama pengunjung melakukan sembahyang dan beliau menunggui jenazah Usman dan Harun sampai larut malam.
Penyambutan Usman dan HarunTepat pukul 13.00 siang, sesudah sembahyang Jum’at, kedua jenazah diberangkatkan dari Aula Hankam menuju ke tempat peristirahatan yang terakhir. Jalan yang dilalui iringan ini dimulai Jalan Merdeka Barat, Jalan M.H. Thamrin, Jalan Jenderal Sudirman, Jalan Gatot Subroto, Jalan PasarMinggu dan akhirnya sampai Kalibata.
Sepanjang jalan yang dilalui antara Merdeka Barat dan Kalibata, puluhan ribu rakyat berjejal menundukkan kepala sebagai penghormatan terakhir diberikan kepada kedua Pahlawannya. Turut mengiringi dan mengantar kedua jenazah ini, pihak kedua keluarga, para Menteri Kabinet Pembangunan.
Laksamana R. Muljadi, Letjen Kartakusumah, Perwira-perwin Tinggi ABRI, Korps Diplomatik, Ormas dan Orpol, dan tidak ketinggalan para pemudadan pelajar serta masyarakat. Upacara pemakaman ini berjalan dengan penuh khidmat dan mengharukan. Bertindak sebagai Inspektur Upacara adalah Letjen Sarbini. Atas nama Pemerintah Letjen Sarbini menyerahkan kedua jasad Pahlawan ini kepada Ibu Pertiwi dan dengan diiringi doa semoga arwahnya dapat diberikan tempat yang layak sesuai dengan amal bhaktinya.
Dengan didahului tembakan salvo oleh pasukan khusus dari keempat angkatan, peti jenazah diturunkan dengan perlahan-lahan ke liang lahat. Suasana bertambah haru setelah diperdengarkan lagu Gugur Bunga.
Pengorbanan dan jasa yang disumbangkan oleh Usman dan Harun terhadap Negara dan Bangsa maka Pemerintah telah menaikkan pangkat mereka satu tingkat lebih tinggi yaitu Usmar alias Janatin bin Haji Muhammad Ali menjadi Sersan Anumerta KKO dan Harun alias Tohir bin Mandar menjadi Kopral Anumerta KKO. Sebagai penghargaan Pemerintah menganugerahkan tanda kehormatan BintangSakti dan diangkat sebagai Pahlawan Nasional.
Sumber : http://simomot.com/2014/02/08/inilah-kisah-lengkap-kepahlawanan-usman-dan-harun/

Minggu, 16 Februari 2014

Shalahuddin Al- Ayyubi

Salahudin Al-Ayubi atau nama sebenarnya Sholahuddin Yusuf bin Ayyub, Atau Saladin –menurut panggilan orang Barat– lahir pada tahun 1137M, di kota Tikrit, berhampiran dengan Sungai Tigris, kira-kira 140 km dari kota Baghdad.


Beliau dari suku bangsa Kurdish dan semasa dilahirkan keluarganya dihalau dari Tikrit oleh pemerintah Baghdad kerana dituduh penghianat. Dalam perjalanan ke Alleppo Salahudin dilahirkan sehingga ayahnya berkata Anakku ini dilahirkan ketika aku dalam kesusahan. Aku bimbang kelahirannya membawa sial. Tidak siapa menyangka bayi itu menjadi pahlawan terbilang.


Semasa kecilnya Salahuddin Al Ayubi mendapat pendidikan ilmu ketenteraan daripada bapa saudaranya Asaddin Shirkuh atau Assaddudin Shirkuwah seorang panglima perang.


Salahuddin dibesarkan sama seperti anak-anak Kurdish biasa. Pendidikannya juga seperti orang lain, belajar ilmu sains di samping seni peperangan dan mempertahankan diri. Tiada seorangpun yang menyangka suatu hari nanti dia akan merampas kembali bumi Palestin dari tentera Salib. Walau bagaimanapun Allah telah mentakdirkannya untuk menjadi pemimpin besar pada zamannya dan Allah telah menyediakan dan memudahkan jalan-jalannya ke arah itu.


Kerjayanya bermula sebagai tentera berkuda Al-Malik Nuruddin, sultan Aleppo, kemudian dia diperintahkan untuk pergi ke Mesir. Pada masa itu Mesir diperintah oleh kerajaan Fatimiyah yang berfahaman Syiah. Pada mulanya Salahudin berasa berat hati hendak berangkat ke Mesir kerana lebih sayangkan Aleppo. Sesungguhnya Allah perancang yang Maha Bijaksana seperti yang termaktub dalam Al Quran; Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu (Al-Baqarah:216).

Apabila Salahudin sampai di Mesir keadaan tiba-tiba berubah. Dia yakin Allah telah memberi tanggung jawab kepadanya untuk membebaskan Baitul Muqaddis dari penaklukan Kristian. Dia menjadi seorang yang zuhud dan tidak tergoda dengan kesenangan dunia.


Stanley Lane Poole mencatatkan bahawa Salahuddin mengubah cara hidupnya kepada yang lebih keras. Dia bertambah warak dan menjalani hidup yang lebih berdisiplin dan sederhana. Dia mengenepikan corak hidup senang dan memilih corak hidup sederhana yang menjadi contoh kepada tenteranya. Dia menumpukan seluruh tenaganya untuk membina kekuatan Islam bagi menawan semula Jerusalem. Salahuddin pernah berkata, Ketika Allah menganugerahkan aku bumi Mesir, aku yakin DIA juga bermaksud Palestin untukku. Ini menyebabkan DIA memenangkan perjuangan Islam.


Sehubungan dengan itu Salahudin telah menyerahkan dirinya untuk jalan jihad. Fikiran Salahuddin sentiasa tertumpu kepada jihad di jalan Allah. Bahauddin, jurutulis Sultan Salahudin mencatatkan, semangat Salahuddin sentiasa berkobar-kobar untuk berjihad menentang tentera Salib telah menyebabkan jihad menjadi tajuk perbincangan yang paling digemarinya.Dia sentiasa meluangkan seluruh tenaganya untuk memperkuat pasukan tenteranya, mencari mujahid-mujahid dan senjata untuk tujuan berjihad. Jika ada sesiapa yang bercakap kepadanya berkenaan jihad dia akan memberikan sepenuh perhatian. Sehubungan dengan ini dia lebih banyak di dalam khemah perang daripada duduk di istana bersama sanak keluarga. Siapa sahaja yang menggalakkannya berjihad akan mendapat kepercayaannya. Apabila dia telah memulakan jihad melawan tentera salib dia akan menumpahkan seluruh perhatiannya kepada persiapan perang dan menaikkan semangat tenteranya.


Dalam medan peperangan dia bagaikan seorang ibu yang kehilangan anak. Dia akan bergerak dari satu penjuru ke penjuru yang lain dalam usaha menaikkan semangat tenteranya supaya benar-benar berjihad di jalan Allah. Dia sanggup pergi ke pelosok tanah air dengan mata yang berlinang mengajak umat Islam supaya bangkit membela Islam. Ketika perang berlansung dia lebih suka berpuasa. Semasa mengepung Acre dia demam namun tetap berpuasa. Doktor peribadinya berkata bahawa Salahuddin hanya berbuka dengan beberapa suap makanan sahaja kerena tidak mahu perhatiannya kepada peperangan terganggu.


Kemenangan peperangan Hittin telah membuka jalan mudah kepada Salahuddin untuk menawan Baitul Muqaddis. Bahauddin telah mencatatkan bahawa Salahuddin sangat-sangat berhajat untuk menawan baitul Muqaddis Hajatnya tercapai pada hari jumaat, 27 Rajab, 583H, iaitu pada hari Israk Mikraj, Salahuddin telah memasuki Masjidil al Aqsa.


Dalam catatan Bahauddin menyatakan inilah hari kemenangan atas kemenangan. Ramai orang yang terdiri dari ulama, pembesar-pembesar, peniaga dan orang-orang biasa datang merayakan kemenangan ini. Kemudiannya ramai lagi orang datang dari pantai dan hampir semua ulama-ulama dari Mesir dan Syria datang untuk mengucapkan tahniah kepada Salahuddin. Boleh dikatakan hampir semua pembesar-pembesar datang. Laungan Allahhu Akbar dan Tiada tuhan melainkan Allah telah bergema ke angkasa.


Sifat penyayang dan belas kasihan Salahuddin semasa peperangan ini sangat jauh berbeda daripada kekejaman tentera Salib. Ahli sejarah Kristian pun mengakui hal ini. Lane-Poole mengesahkan bahwa kebaikan hati Salahuddin telah mencegahnya daripada membalas dendam. Dia telah menuliskan yang Salahuddin telah menunjukkan ketinggian akhlaknya ketika orang-orang Kristian menyerah kalah.Tenteranya sangat bertanggung jawab, menjaga peraturan di setiap jalan, mencegah segala bentuk kekerasan hinggakan tiada kedengaran orang-orang Kristian diperlakukan tidak baik.


Selanjutnya Lane-Poole menuliskan bagaimana pula tindak-tanduk tentera Kristian ketika menawan Baitul Muqaddis kali pertama pada tahun 1099. Telah tercatat dalam sejarah bahawa ketika Godfrey dan Tancred menunggang kuda di jalan-jalan Jerusalem jalan-jalan itu 'tersumbat' dengan mayat-mayat, orang-orang Islam yang tidak bersenjata disiksa, dibakar dan dipanah dari jarak dekat dari atas bumbung dan menara rumah-rumah ibadah. Darah yang membasahi bumi yang mengalir dari pembunuhan orang-orang Islam secara beramai-ramai telah mencemarkan kesucian gereja di mana sebelumnya kasih sayang sentiasa diajarkan.


Maka sangat bernasip baik orang-orang Kristian apabila mereka dilayan dengan baik oleh Salahuddin. Lane-Poole juga menuliskan, jika hanya penaklukan Jerusalem sahaja yang diketahui mengenai Salahuddin, maka ia sudah cukup membuktikan dialah seorang penakluk yang paling penyantun dan baik hati di zamannya bahkan mungkin di sepanjang zaman.


Lane-Poole juga menuliskan dalam setiap peperangan Salahuddin sentiasa berbincang dalam majlis yang membuat keputusan-keputusan ketenteraan. Kadang-kadang majlis ini membatalkan keputusan Salahuddin sendiri. Dalam majlis ini tiada siapa yang mempunyai suara lebih berat tiada siapa yang lebih mempengaruhi fikiran Salahuddin. Semuanya sama sahaja. Dalam majlis itu ada adiknya, anak-anaknya, anak saudaranya, sahabat-sahabat lamanya, pembesar-pembesar tentera, kadi, bendahari dan setiausaha. Semuanya mempunyai sumbangan yang sama banyak dalam membuat keputusan. Pendeknya semuanya menyumbang dalam kepakaran masing-masing. Walau apa pun perbincangan dan perdebatan dalam majlis itu, mereka memberikan ketaatan mereka kepada Salahuddin.


Bahauddin bin Shaddad, penasihat utama Salahuddin telah mencatatkan berkenaan kewarakan Salahuddin. Dia sentiasa melakukan sembahyang berjemaah. Bahkan ketika sakitnya pun dia memaksa dirinya berdiri di belakang imam. Dia sentiasa mengerjakan sembahyang Tahajjud. Bahauddin melihatnya sentiasa sembahyang di belakang imam ketika sakitnya, kecuali tiga hari terakhir di mana ia telah tersangat lemah dan selalu pingsan.


Dia tidak pernah tinggal sembahyang fardhu. Tetapi dia tidak pernah membayar zakat harta kerana tidak mempunyai harta yang cukup nisab. Dia sangat murah hati dan akan menyedekahkah apa yang ada padanya kepada fakir miskin dan kepada yang memerlukan hinggakan ketika wafatnya dia tidak meninggalkan harta. Bahauddin juga mencatatkan bahawa Salahuddin tidak pernah meninggalkan puasa Ramadhan kecuali hanya sekali apabila dinasihatkan oleh Kadi Fadhil. Ketika sakitnya pun ia berpuasa sehinggalah doktor menasihat kannya dengan keras supaya berbuka. Lalu ia berbuka dengan hati yang berat sambil berkata, Aku tak tahu bila ajal akan menemuiku. Maka segera ia membayar fidyah.


Dalam catatan Bahauddin juga menunjukkan Salahuddin teringin sangat menunaikan haji ke Mekah tetapi dia tidak pernah berkesempatan. Pada tahun kemangkatannya, keinginannya menunaikan haji telah menjadi-jadi tetapi ditakdirkan tidak kesampaian. Dia sangat gemar mendengar bacaan Quran. Dalam medan peperangan ia acap kali duduk mendegar bacaan Quran para pengawal yang dilawatnya sehingga 3 atau 4 juzuk semalam. Dia mendengar dengan sepenuh hati sehingga air matanya membasahi dagunya.


Dia juga gemar mendengar bacaan hadis Rasulullah saw. Dia akan memerintahkan orang-orang yang bersamanya duduk apabila hadis dibacakan. Apabila ulama hadis datang ke bandar, dia akan pergi mendengar kuliahnya. Kadang kadang dia sendiri membacakan hadis dengan mata yang berlinang.


Salahuddin sangat yakin dan percaya kepada pertolongan Allah. Dia biasa meletakkan segala harapan nya kepada Allah terutama ketika dalam kesusahan. Pada satu ketika dia berada di Jerusalem yang pada masa itu seolah-olah tidak dapat bertahan lagi dari pada kepungan tentera bersekutu Kristian. Walaupun keadaan sangat terdesak dia enggan untuk meninggalkan kota suci itu. Malam itu adalah malam Jumaat musim sejuk. Bahaauddin mencatatkan, Hanya aku dan Salahuddin sahaja pada masa itu. Dia menghabis kan masa malam itu dengan bersembahyang dan munajat.

Aku berada di sebelahnya ketika dahinya mencecah bumi sambil menangis hingga air matanya mambasahi janggutnya dan menitik ke tempat sembahyang. Aku tidak tahu apa yang didoakannya tetapi aku melihat tanda-tanda doanya dikabulkan sebelum hari itu berakhir. Perbalahan berlaku di antara musuh-musuh yang menatijahkan berita baik bagi kami beberapa hari kemudian. Akhirnya tentera salib membuka khemah-khemah mereka dan berangkat.


Salahuddin tidak pernah gentar dengan ramainya tentera Salib yang datang untuk menentangnya. Dalam satu peperangan tentera Salib berjumlah sehingga 600,000 orang, tetapi Salahuddin menghadapinya dengan tentera yang jauh lebih sedikit. Berkat pertolongan Allah mereka menang, membunuh ramai musuh dan membawa ramai tawanan. Ketika mengepung Acre, pada satu petang lebih dari 70 kapal tentera musuh beserta senjata berat mendarat. Boleh dikatakan semua orang merasa gentar kecuali Salahuddin. Dalam satu peperangan yang sengit semasa kepungan ini, serangan mendadak besar-besaran dari musuh telah menyebabkan tentera Islam kalang kabut. Tentera musuh telah merempuh khemah-khemat tentera Islam bahkan telah sampai ke khemah Salahuddin dan mencabut benderanya. Tetapi Salahuddin bertahan dengan teguhnya dan berjaya mengatur tenteranya kembali sehingga dia berjaya membalikkan kekalahan menjadi kemenangan.


Musuh telah kalah teruk dan berundur meninggalkan lebih kurang 7,000 mayat-mayat. Bahauddin ada mencatatkan betapa besarnya cita-cita Salahuddin. Suatu hari Salahuddin pernah berkata kepadanya, Aku hendak beri tahu padamu apa yang ada dalam hatiku. Apabila Allah mentakdirkan seluruh tanah suci ini di bawah kekuasaanku, aku akan serahkan tanah-tanah kekuasaanku ini kepada anak-anakku, kuberikan arahan-arahanku yang terakhir lalu ku ucapkan selamat tinggal. Aku akan belayar untuk menaklukkan pulau-pulau dan tanah-tanah yang lain. Aku tak akan meletakkan senjata ku selagi masih ada orang-orang kafir di atas muka bumi ini sehingga ajalku sampai.


Salahuddin memiliki asas pengetahuan agama yang kukuh. Dia juga mengetahui setiap suku-suku kaum Arab dan adat-adat resam mereka. Bahkan dia mengetahui sifat-sifat kuda Arab walaupun dia sebenarnya orang Kurdish. Dia sangat gemar mengumpulkan pengetahuan dan maklumat dari kawan-kawannya dan utusan-utusannya yang sentiasa berjalan dari satu penjuru ke satu penjuru negerinya. Di samping Quran dia juga banyak menghafal syair-syair Arab. Lane-Poole juga ada menuliskan bahawa Salahuddin berpengetahuan yang dalam dan gemar untuk mendalami lagi bidang-bidang akidah, ilmu hadis serta sanad-sanad dan perawi-perawinya, syariah dan usul figh dan juga tafsir Quran.


Kejayaan terbesar Sultan Salahudin Al Ayubi ialah mengalahkan tentera Salib pada tahun 1171. Baginda memerintah selama 22 tahun telah membina kubu pertahanan dikenali sebagai al-Qalaah (Citadel) yang mana melindungi kota Kaherah dan kota lama al-Fustat dari serangan musuh. Selepas beliau meninggal pada tahun 1193 di Damsyik, Syria, pewaris-pewarisnya telah memerintah Mesir sehingga tahun 1250.


Stanley Lane Poole (1914) seorang penulis Barat menyifatkan Salahuddin sebagai seorang yang memilliki kelebihan daripada orang lain kerana menunjukkan akhlak yang mulia. Menurutnya pada hari tentera salib menakluk Jerusalem pada tahun 1099, mereka telah menyembelih orang-orang Islam termasuk wanita dan kanak-kanak, bermula dari pagi hinggalah ke tengah malam. Pada keesokan harinya mayat-mayat orang Islam bertimbun setinggi paras lutut di sepanjang jalan di Jerusalem.


Tetapi apabila Sultan Salahudin al-Ayubi menakluk kembali Jerusalem pada 1187, tentera Islam tidak membunuh seorang pun penduduk Jerusalem , malah pada keesokan harinya Salehudin telah membenarkan penganut semua agama (tidak kira sama ada Islam atau Kristian atau Yahudi) untuk bersembahyang di tempat-tempat suci masing-masing di bandar tersebut.


Satu lagi kebaikan yang ditunjukan oleh Sultan Salahudin ialah kepada musuhnya Raja Richard Berhati Singa yang datang dari England. Ketika peperangan sedang berlansung, Raja Richard jatuh sakit lalu Sultan Saladin mengirimnya buah-buahan segar, air sejuk dan seorang dokter. Kerana terharu dengan kebaikan Sultan Salahudin maka akhirnya ditandatangani perjanjian damai pada 1 September 1192 sehingga orang-orang Eropah berasa takjub bagaimana agama Islam boleh melahirkan seorang pahlawan yang baik seperti Salahudin Al Ayubi.


Sebelum meninggal dunia Sultan Salahudin Al Ayubi berpesan kepada anak-anaknya; "Jangan kamu menumpahkan darah, kerana apabila darah telah terpercik tidak ada yang tertidur."


Pada hari Rabu, 27 Safar, 589H, pulanglah Salahuddin ke rahmatullah pada usia 57 tahun. Bahauddin bin Shaddad, penasihat utama Salahuddin telah menulis mengenai hari-hari terakhir Salahuddin.


Pada malam 27 Safar, 12 hari selepas jatuh sakit, dia telah menjadi sangat lemah. Syeikh Abu Jaafar seorang yang warak telah diminta menemani Salahuddin di Istana supaya membaca al Quran. Memang pada malam itu telah nampak tanda-tanda berakhirnya hayat Salahuddin. Syeikh Abu Jaafar telah duduk di tepi katilnya semenjak 3 hari yang lepas membacakan Quran. Dalam masa ini Salahuddin selalu pingsan.


Apabila Syeikh Abu Jaafar membacakan ayat, Dialah Allah, tiada tuhan melainkan Dia, Yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata (Al-Hasyr: 22), Salahuddin membuka matanya sambil senyum, mukanya berseri dan denga nada yang gembira ia berkata, Memang benar tidak ada Tuhan selain Allah. Selepas dia mengucapkan kata-kata itu dia menghembuskan nafasnya yang terakhir sebelum subuh, 27 Safar.


Seterusnya Bahauddin menceritakan Salahuddin tidak meninggalkan harta kecuali 1 dinar 47 dirham. Harta yang ditinggalkannya tidak cukup untuk belanja pengkebumiannya. Bahkan kain kafan pun diberikan oleh seorang menterinya.

Panglima Perang Islam yang tak Terkalahkan

Khalid ibn Al-Walid adalah salah satu jenderal Arab yang sangat dikenal di awal penaklukan Islam Abad ke-7, tercatat akan kemampuan militernya dalam memimpin pasukan-pasukan Muhammad dan dua Khulafaur Rasyidin pertama, Abu Bakr dan Umar ibn Al-Khattab. Karena ia tidak terkalahkan dalam lebih dari seratus pertempurannya melawan Imperium Romawi Timur dan Imperium Persia, ia dihormati sebagai salah satu panglima militer terbaik sepanjang masa.
Ia lahir sekitar tahun 592 M di Makkah. Khalid terlahir sebagai anggota Bani Makhzum, salah satu klan yang berpengaruh di Makkah dan berperan sebagai andalan di bidang militer. Ketika Islam pertama kali tumbuh di Makkah, ia termasuk golongan mayoritas yang sangat memusuhi Muhammad dan para pengikutnya. Ketika umat Islam Makkah berhijrah ke Madinah, beberapa pertempuran besar berlangsung antara pasukan Makkah dan pasukan Madinah. Ia terlibat dalam Pertempuran Uhud dan Pertempuran Khandaq ‘Parit’.
Untuk pertama kalinya ia mempertunjukkan keahliannya dalam bertempur pada Pertempuran Uhud. Ia menjadi panglima pasukan kavaleri kuda Makkah. Dalam kondisi pasukan Makkah yang terdesak, Khalid mampu mengubah keadaan menjadi kemenangan Makkah.
Uhud(800)
Tahun 628 M, Perjanjian Hudaybiyah disepakati. Perjanjian ini adalah perjanjian gencatan senjata antara Makkah dan Madinah. Setelah perjanjian ini, Khalid masuk Islam. Tiga tahun sejak ia masuk Islam, untuk pertama kalinya ia bergabung dalam pasukan Islam dalam pertempuran yang cukup penting,
Pertempuran Mu’tah.
Dalam pertempuran ini, ia menjadi prajurit biasa bersama 3.000 pasukan Madinah lainnya menghadapi sekitar 100.000-200.000 pasukan Romawi Timur. Di tengah pertempuran yang berlangsung selama tujuh hari ini, ia ditunjuk untuk menjadi panglima karena tewasnya tiga panglima: Zayd bin Haritsah, Ja’far bin Abu Thalib, dan Abdullah bin Rawahah. Dengan perannya ini, pasukan Madinah bisa bertahan selama tujuh hari.
Ia mengubah posisi pasukan sayap kanan ke sayap kiri dan begitu juga sebaliknya. Ia lalu membariskan seluruh pasukannya dalam barisan yang amat panjang untuk memberikan kesan jumlah pasukannya lebih banyak. Ia juga memerintahkan pasukannya untuk membuat debu dan pasir beterbangan lebih dari yang seharusnya. Strateginya berjalan cukup sukses dengan timbulnya kewas-wasan dalam hati pasukan Romawi karena mengira pasukan Madinah menerima bantuan. Efek ini muncul karena mereka harus berhadapan dengan wajah baru setiap harinya. Khalid lalu dengan lebih mudah agak mengorientasikan pasukannya untuk selalu mundur sedikit demi sedikit. Pasukan Romawi mengira hal ini adalah jebakan untuk membuat mereka masuk ke gurun pasir Arab yang “kejam”. Hari ketujuh, perang berakhir dengan mundurnya kedua belah pihak. Dalam pertempuran ini, Khalid mematahkan sembilan pedangnya yang menunjukkan betapa intensifnya pertempuran antar kedua belah pihak. Karena kepemimpinannya dalam pertempuran ini juga, ia dijuluki Saifullah ‘Pedang Allah’.
Perang Persia
Di masa Khalifah Abu Bakr, Khalid diutus memimpin 18.000 dalam Perang Islam-Persia. Perang ini diawali oleh Khalid dengan pengiriman surat kepada Hormuz, Gubernur Persia untuk Mesopotamia. Isi suratnya sangat terkenal seperti yang dicantumkan di bawah ini.
“Masuklah dalam Islam dan kalian akan selamat. Atau bayarlah jizyah, dan Kamu serta rakyatmu akan kami lindungi, jika tidak, Kamu akan menjadi bersalah atas konsekuensinya, karena saya akan datang kepada kalian dengan orang-orang yang mencintai kematian sebagaimana kalian mencintai kehidupan.”
Pertempuran pun harus dilakukan karena Persia tidak mau takluk begitu saja. Empat pertempuran pertama dimenangkan pasukan Kekhalifahan Islam: Pertempuran Rantai, Pertempuran Sungai, Pertempuran Walaja, dan Pertempuran Ullais. Khalid benar-benar memanfaatkan kelemahan pasukan Persia yang sangat lambat karena beratnya persenjataan dan baju perang mereka. Dalam Pertempuran Rantai, ia “mengerjai” pasukan Hormuz dengan membuat mereka bolak-balik antara Kota Uballa dan Kota Kazima beberapa kali. Akibatnya pasukan Persia kelelahan dan Khalid pun memenangkan pertempuran pertamanya melawan Hormuz. Satu bulan kemudian, Hirah, ibukota Mesopotamia, berhasil direbut dan dalam beberapa bulan berikutnya, seluruh Mesopotamia dikuasai oleh Kekhalifahan Islam.
Setelah tugasnya usai dalam tahap pertama penaklukan Persia, ia diutus untuk memimpin pasukan khalifah di front peperangan di barat, Perang Islam-Romawi Timur. Agustus-November 634 M, Umar ibn Al-Khattab menggantikan Abu Bakr sebagai khalifah dan mengeluarkan keputusan yang mengejutkan dengan menurunkan jabatan sepupunya, Khalid, sebagai panglima tertinggi dalam penaklukan Syams. Tidak ada reaksi negatif dari dirinya. Ia terus bertempur.
Perang Yarmuk
Damaskus yang merupakan benteng pertahanan Romawi di Syams (Syria) direbut oleh pasukan Islam tahun 634. Jatuhnya kota ini diikuti oleh takluknya hampir semua wilayah Syams yang dahulunya dikuasai oleh Romawi, kecuali daerah utara.
Tahun 635, Kaisar Romawi, Heraklius, akhirnya mengumpulkan seluruh tentaranya menuju ke Syams untuk menahan invasi Islam. Bulan Mei 636, terkumpullah sekitar 100.000 (perkiraan modern)-200.000 (sumber-sumber Islam) pasukan. Pasukan ini terdiri dari pasukan asli Romawi dan beberapa pasukan dari daerah-daerah kekuasaan Romawi: Slav, Frank, Georgia, Armenia, dan Arab Kristen.
Pasukan ini dibagi dalam 5 legiun dengan panglima utama adalah Mahan, Raja Armenia (raja bawahan dari Heraklius). Pasukan Armenia juga langsung ia komando. Sedangkan Qanatir, Pangeran Slav, menjadi panglima bawahan yang memimpin pasukan Slav. Jabla bin al-Eiham, Raja Arab Ghassanid, memimpin pasukan Arab Kristen. Sisanya pasukan asli Romawi dikomando oleh Gregory dan Dairjan.
Pada saat yang sama, seluruh pasukan Islam terbagi di empat penjuru Syams: pasukan Amr ibn al-’Ash di Palestina, pasukan Shurahbil di Yordania, pasukan Yazid ibn Abu Sufyan di Caesarea dan pasukan Panglima Utama Abu Ubaydah ibn al-Jarrah yang bersama Khalid ibn al-Walid di Emesa. Mengetahui hal ini, Heraklius berstrategi untuk menghancurkan pasukan Islam satu per satu.
Sayangnya berita ini dibocorkan oleh salah satu tawanan perang yang ditahan oleh pasukan Khalid. Khalid pun menyarankan agar seluruh pasukan Islam di utara segera ditarik kembali untuk berkumpul. Usulan ini disetujui dalam rapat militer dan seluruh pasukan yang tersebar berkumpul di Dataran Yarmuk. Seluruh pasukan Islam mengembalikan masing-masing jizyah yang telah dipungut ke masing-masing daerah karena pasukan Islam tidak bisa melindungi penduduk kota-kota yang telah direbutnya untuk sementara waktu.
Akhirnya kedua pasukan berhadapan di Dataran Yarmuk. Pasukan Islam mendapat pasukan bantuan dari Yaman sekitar 6.000 orang sehingga jumlah mereka menjadi sekitar 40.000.
Susunan Pasukan
Mahan memosisikan empat pasukan regulernya dalam satu barisan. Sayap kanan dipimpin Gregory dengan kaki semua pasukan dirantai berhubungan karena mereka bersumpah tidak akan lari dari pertempuran. Rantai ini juga dapat menahan tusukan dari pasukan kavaleri musuh. Pasukan Qanatir berada di sayap kiri. Di tengah, pasukan Dairjan dan pasukan Armenia bersebelahan dengan dipimpin Dairjan. Empat kavaleri ditempatkan di belakang masing-masing pasukan infantri. Di garis depan, sekitar 21 km di depan garis reguler, pasukan Jabla bin al-Eiham yang berkuda dan berunta ditempatkan.
Di pihak muslim, Khalid ibn al-Walid diamanahkan untuk memimpin keseluruhan pasukan oleh Abu Ubaydah. Khalid mereorganisasi pasukan dalam 36 resimen infantri dan 4 resimen kavaleri. Pasukan kavalerinya dapat digunakan dengan mobilitas tinggi karena tidak terikat pada sejumlah kecil resimen infantri. Pasukannya membentang sejauh 18 km. Pasukan kiri tengah dipimpin Abu Ubaydah ibn al-Jarrah dan Shurahbil bin Hassana memimpin kanan tengah. Sayap kiri dipimpin Yazid dan sayap kanan di bawah Amr ibn al-’Ash.
Dalam sebulan, pasukan Jabla hanya mencoba kekuatan pasukan Islam. Baru kemudian perang intensif terjadi.
Hari pertama sampai hari ketiga, Romawi memegang kendali penyerangan. Namun usaha mereka tidak efektif karena Khalid selalu melakukan serangan balik setiap menjelang sore ketika pasukan musuh kelelahan. Posisi pasukan tidak banyak berubah dalam beberapa hari tersebut.
Pada hari keempat, serangan lebih gencar dilakukan dan Romawi sedikit lebih berhasil menghancurkan sayap kiri pasukan Islam. Beruntung Ikrimah bin Abu Jahl bersama 400 orang bersumpah untuk bertempur sampai mati pada sore harinya sehingga pasukan Islam sedikit terselamatkan.
Hari kelima, terjadi kejadian mengejutkan. Pasukan Romawi menawarkan perjanjian gencatan senjata. Melihat ini sebagai turunnya moral lawan, Khalid menolaknya.
Akhirnya pada hari keenam, Khalid membalas melakukan serangan agresif. Semua gambar berikut ini terjadi pada hari keenam Pertempuran Yarmuk. Khalid baru menerapkan strategi menyerang pada hari ini karena telah mengetahui kendornya moral lawan.
Hasil Akhir
Segera setelah pertempuran ini berakhir, Khalid ibn al-Walid dan kavalerinya bergerak ke utara mengejar pasukan Romawi yang kabur; Ia berhasil menemukan mereka di Damaskus. Khalid kemudian masuk ke Damaskus di mana ia justru disambut oleh warganya. Ketika kabar kekalahan ini sampai ke telinga Kaisar Heraklius di Antiokia, dia akhirnya mengucapkan selamat tinggal pada Syams, “Selamat tinggal Syams, provinsi terbaikku. Sekarang engkau adalah musuh.”
Heraklius kemudian pulang ke Konstantinopel dan lebih berfokus untuk mempertahankan Mesir. Namun usahanya ini pun gagal karena beberapa tahun kemudian, Amr bin al-’Ash, seorang panglima veteran Yarmuk, berhasil merebut Mesir.
Evaluasi
Pertempuran Yarmuk adalah sebuah contoh dari sejarah militer di mana sebuah pasukan yang inferior mampu menang dengan kemauan, keberanian, dan kepandaian taktik untuk mengalahkan pasukan yang lebih superior.
Kesalahan utama pasukan Romawi adalah membiarkan musuh mereka memilih medan pertempuran. Khalid yang mengetahui bahwa ia harus menghadapi pasukan yang jauh lebih superior dalam jumlah dan persenjataan, harus bertahan dalam empat hari pertama karena keterbatasan tentaranya. Ketika ia memutuskan untuk menyerang pada hari akhir pertempuran, ia menampilkan kualitasnya sebagai panglima perang yang tidak pernah ditunjukkan oleh panglima-panglima Romawi. Bahkan dengan sangat yakinnya ia dengan rencana penyerangan di hari terakhir, malam sebelumnya ia telah mempersiapkan pasukan kavalerinya untuk menutup jalur pelarian lawan jika menang pada keesokan harinya.
Khalid ibn al-Walid adalah salah satu panglima pasukan kavaleri terbaik sepanjang masa, dan pemanfaatannya pada pasukan kavalerinya menunjukkan begitu baik pemahamannya pada potensi dari kavaleri kuda. Sedangkan Mahan dan panglima-panglima bawahannya tidak pernah menggunakan kavalerinya secara efektif, bahkan dalam enam hari itu, pasukan ini statis berada di belakang infantri.
Pemecatan Khalid oleh Umar
Umar sekali lagi mengeluarkan kebijakan yang mengejutkan dengan memberhentikan Khalid secara total dari pasukan. Khalid dianggap terlalu berlebihan dengan memberikan ganjaran 10.000 Dirham untuk seorang penyair yang memuji dirinya. Ini dianggap sebuah pemborosan. Tahun 638 M, Khalid pun kembali ke Madinah dan secara normal agak memprotes pemberhentiannya. Namun pada akhirnya, Khalid ibn Al-Walid tetap setia pada pemimpin dan agamanya. Ia menerima keputusan pemberhentiannya.
Demi Allah, jika Kamu menunjuk seorang anak kecil untuk memimpinku, aku akan menaatinya. Bagaimana mungkin aku tidak menaatimu ketika derajat ke-Islamanmu jauh lebih daripada aku dan Kamu telah dijuluki sebagai “yang Dipercaya oleh Nabi”? Aku tidak akan pernah mencapai status itu. Aku umumkan di sini dan sekarang bahwa aku telah mendedikasikan diriku menuju jalan Allah yang Maha Tinggi. Khalid mengatakan ini pada Abu Ubaydah setelah dibebastugaskan dari jabatannya oleh Umar tanpa diberitahukan alasannya.
Satu hal yang mungkin tidak bisa dimiliki oleh panglima perang lainnya adalah sifatnya yang jauh dari keangkuhan dan penuh kemurnian tujuan. Hal ini ditunjukkannya ketika menerima dengan penuh kelapangan dada kebijakan khalifahnya yang menurunkan jabatannya dan bahkan memberhentikannya dari pasukan. Sungguh sangat mungkin baginya memberontak pada khalifah karena pasukannya yang sangat mencintai diri jenderalnya. Ia hanya berkata,
“Saya tidak berperang untuk Umar.”
Bahkan yang menjadi kekesalannya ketika diberhentikan bukanlah kekesalannya yang harus kehilangan jabatan, tetapi kekesalan karena tidak bisa lagi berperang membela agamanya dan mencapai cita-citanya untuk mati di medan perang.
Khalifah Umar yang besar, memecat Khalid dari kedudukannya sebagai Panglima Tertinggi Angkatan Perang Islam, sama sekali bukan karena dengki. Dia terlalu baik untuk dihubung-hubungkan dengan kedengkian semacam itu. Sir William Muir bahkan menulis: “Pemimpin militer harus juga memberi tempat bagi pejabat sipil untuk naik, pedang kepada pena, dan Khalid kepada Abu Ubaidah. Sama sekali tidak ada maksud-maksud tersembunyi yang telah mendorong Umar untuk
mengganti Khalid dengan Abu Ubaidah. Juga sama sekali tidak ada kebencian pribadi yang mempengaruhinya. Umar terlalu besar untuk berbuat sekerdil itu.’ (Kekhalifahan-Kebangkitan, Kemunduran dan Kejatuhannya). Umar bahkan mencoba menghilangkan kesalahpahaman yang terjadi di kalangan masyarakat tentang pemecatan Khalid bin Walid. Beliau menyebar pengumuman resmi ke berbagai provinsi membantah isu-isu yang beredar bahwa beliau memecat Khalid karena kesalahannya. Ia menjelaskan pemecatan itu semata-mata karena masyarakat mulai lebih percaya kepada Khalid daripada percaya kepada Allah SWT….
Wafatnya Khalid
Khalid menjalani sisa kehidupannya di Kota Emesa, Syams. Ia wafat pada tahun 642 M dalam usia 50 tahun. Salah satu kalimat terakhirnya adalah sebagai berikut.
“… Dan di sini aku mati di atas tempat tidurku seperti domba yang mati. Mudah-mudahan mata orang-orang pengecut tidak akan pernah tidur!”
Pernyataannya ini menunjukkan kekecewaannya karena tidak bisa mencapai kematian di medan pertempuran yang merupakan dambaannya. Kuburannya sekarang menjadi bagian dari Masjid Khalid ibn Al-Walid.
khalid bin walid mosque1
Begitu mendengar kematian Khalid, Khalifah Umar berseru, “Kepergian Khalid telah meninggalkan kekosongan yang tak dapat diisi dalam Islam.”
Persamaan dan perbedaan Khalid bin Walid dengan Alexander
Kepiawaian dan teknik dari Khalid bin Walid sering disamakan dengan Alexander the Great yang juga panglima besar pada jamannya. Tapi jika dilihat lebih dalam, ada perbedaan yang membedakannya dengan Alexander.
Persamaan Khalid ibn al-Walid dengan Alexander the Great
1. Memiliki kecerdasan yang luar biasa dalam menyusun taktik pertempuran
2. Sangat mengandalkan kecepatan pasukannya. Mobilitas pasukan mereka rata-rata lebih cepat 1,5 kali pasukan reguler lainnya.
3. Memimpin pasukan kavaleri dan sangat memahami kelebihan yang dimiliki oleh resimen kavaleri
4. Sangat dicintai oleh pasukannya
5. Diterima dengan baik oleh warga kota-kota yang mereka taklukkan karena ketinggian toleransi yang mereka berikan
6. Orientasi penaklukannya adalah menciptakan negara yang memiliki rakyat yang memiliki banyak perbedaan, tetapi saling bertoleransi dengan perbedaannya itu
7. Cita-cita mereka berdua tidak tercapai. Alexander wafat sebelum ia belum sempat memimpin langsung negara besarnya dan ia pun tidak sempat mewariskan nilai-nilai toleransi pada penggantinya. Sedangkan Khalid wafat dan gagal mencapai cita-citanya untuk mati di medan pertempuran
Perbedaan
1. Alexander selalu menjadi pemimpin pasukan sekaligus pemimpin negara, sedangkan Khalid hanya pemimpin pasukan, bahkan diturunkan jabatannya oleh khalifahnya karena khalifahnya tidak ingin ia larut dalam keangkuhan.
2. Alexander cenderung tenggelam dalam kebanggaan diri pada kehebatan penaklukannya. Ini terlihat ketika ia memproklamasikan dirinya sebagai dewa di Mesir. Sedangkan Khalid justru tidak menunjukkan kebanggaan berlebihan pada kemampuannya, terbukti ketika jabatannya diturunkan atau ketika ia dipecat, determinasinya semakin tinggi
3. Hampir semua pertempuran menentukan dihadapi oleh Khalid melawan jumlah pasukan yang lebih besar, sedangkan Alexander hanya beberapa kali saja harus mengahadapi kekuatan pasukan musuh yang lebih besar dari pasukannya.
Ucapan-Ucapan Khalid bin Walid
Ucapan-ucapan Khalid
• Apakah kamu melihat sebuah ruang sebesar tangan di kaki, dada, dan lenganku yang tidak tertutupi oleh goresan-goresan akibat luka sabetan pedang, tusukan panah, atau tusukan tombak?
==> Khalid mengatakan ini pada seorang temannya beberapa hari sebelum ia wafat, empat tahun setelah pemberhentiannya dari pasukan.
• Jika kamu berada di awan, Allah akan mengangkat kami kepadamu atau menurunkan kamu kepada kami untuk berperang.
==> Khalid mengatakan ini pada pasukan Romawi ketika mereka mundur dari medan pertempuran Kota Chalcis yang berbenteng.
• Ketika aku berada di medan pertempuran, Aku lebih menyukainya daripada ketika aku berada di rumahku.
• Malam yang hujan ketika aku berdiri menggunakan baju zirah dengan pedang dan perisai di tanganku dan melihat lagi dan lagi ke arah timur, menunggu matahari terbit agar aku bisa memulai pertempuran.
==> Khalid mengatakan ini setelah diberhentikan dari pasukan oleh Khalifah Umar pada 638 M.
• Masuklah ke dalam Islam dan Kamu akan selamat. Atau bayarlah jizyah, dan Kamu dan kaummu akan kami lindingi, jika tidak, Kamu hanya akan mendapatkan dirimu bersalah atas konseuensinya, karena aku aka membawa kepadamu pasukan yang mencintai kematian seperti kamu mencintai kehidupan.
==> Surat ini ditulis oleh Khalid kepada Gubernur Persia untuk wilayah Mesopotamia sebelum menyerbunya.
• Ketika Allah memutuskan suatu permasalahan, itu pasti terjadi.
• Aku telah mendedikasikan hidupku menuju jalan Allah yang Maha Tinggi.
• Manusia mengharapkan sesuatu, tetapi Allah bermaksud melakukan yang lain.
• Bumi menghancurkan orang-orang bodoh, tetapi kepandaian menghancurkan bumi.
• Jika kamu jujur, kamu akan bertahan. Jika kamu berbohong, kamu akan musnah.
• Aku adalah bangsawan petarung, aku adalah Pedang Allah, aku Khalid ibn Al-Walid.
==> Ini adalah kalimat-kalimat terkenal yang biasa diucapkan Khalid di medan pertempuran.
• Aku adalah anak dari banyak kepala suku. Pedangku tajam dan mengerikan. Pedang ini adalah benda terkuat ketika periuk pertempuran telah mendidih dengan dahsyat. Aku adalah pilar Islam! Aku adalah Sahabat Nabi! Aku bangsawan petarung, Khalid ibn al-Walid!
• Aku akan memberimu tiga hari, jika gerbang-gerbang tidak dibuka dalam masa tersebut, aku akan menyerang. Dan nanti tidak akan ada lagi kesempatan seperti ini.
• Aku adalah anak al-Walid! Ada yang ingin berduel?
• Demi imanku, air ini akan pergi ke sisi pasukan yang tabah dan lebih pantas mendapatkannya.
==> Khalid mengatakan ini pada sebelum Pertempuran Walaj yang menentukan, ketika pasukan Islam kehabisan air.
• Oh Tuhan! Jika Engkau memberi kami kemenangan, Aku tidak akan melihat satu pun petarung musuh yang hidup sampai sungai mereka mengalir bersama darah mereka!
==> Khalid mengatakan ini pada saat Pertempuran Ullais yang juga dikenal dengan sebutan Pertempuran Sungai Darah.
• Pada Pertempuran Mu’tah, aku mematahkan sembilan pedangku. Tetapi aku tidak pernah menemui musuh seperti orang-orang Persia. Dan di antara orang-orang Persia, aku tidak pernah bertemu dengan musuh seperti pasukan dalam Pertempuran Ullais.
==> Khalid mengucapkan ini sebagai penghormatannya pada prajurit-prajurit Persia yang sangat berani dalam Pertempuran Ullais yang berdarah.
• Tunggulah sebentar; akan datang kepadamu gunung-gunung yang membawa singa-singa dengan baju baja mengkilap, batalion yang diikuti oleh batalion-batalion lainnya.
==> Surat ini ditulis kepada Ayaz bin Ghanam yang meminta pasukan bantuan ketika mereka bertempur dengan beberapa suku Arab pemberontak di utara Arab.
• Aku tahu bahwa orang-orang ini tidak tahu apa-apa tentang perang.
==> Khalid berkata tentang orang-orang Persia dan Arab Kristen yang baru direkrut oleh pasukan Persia setelah Khalid menganalisis pengepungan An al Tamar di Iraq.
• Kita akan mengambil rute ini; jangan biarkan ketetapan hati kalian melemah. Ketahuilah bahwa pertolongan Allah datang sesuai dengan keinginanmu. Jangan ada yang ditakutkan oleh orang-orang Islam selama mereka mendapat pertolongan Allah.
==> Khalid mengatakan ini pada salah satu panglima bawahannya yang mencoba menghentikannya untuk mengambil rute jalan berbahaya menuju ke Syams dari Iraq melewati Gurun Syams. Panglima itu berkata, ”Kamu tidak bisa mengambil rute inidengan sebuah pasukan. Demi Allah, bahkan seorang yang melakukan perjalanan seorang diri akan mencobanya dengan mengetahui resiko bagi kehidupannya. Perjalanan itu akan membutuhkan lima hari yang penuh kesulitan yang ekstrem tanpa satu tetes pun air dan bahaya tersesat di gurun setiap saat.”
• Jika bukan demi kepentingan mematuhi perintah dari khalifah, aku tidak akan pernah menerima perintah ini. Kamu jauh lebih tinggi dariku dalam Islam. Aku adalah Sahabat Nabi, tetapi kamu adalah seseorang yang dipanggil Rasulullah “yang dipercaya oleh bangsa ini”.
==> Khalid mengatakannya kepada Abu Ubaydah ibn al-Jarrah ketika Khalid mendapat perintah untuk mengambil alih pimpinan seluruh pasukan di Syams, dan sebagai jawaban dari Abu Ubaydah, “Aku telah menerima surat dari Abu Bakr yang menunjukmu sebagai panglima bagiku dengan senang hati. Tidak ada kebencian dalam hatiku, karena aku tahu kemampuanmu dalam masalah perang.”
• Ambillah ini sebagai hadiah, tidak perlu membayar uang tebusan.
==> Khalid mengatakan ini ketika menyerahkan putri dari Kaisar Heraklius yang tertangkap dalam Pertempuran Marajul Debaj. Dalam pertempuran ini, Thomas, suami putri Heraklius itu tewas dalam duelnya melawan Khalid.
Heraklius menulis surat balasan pada Khalid,
“Aku telah mengetahui apa yang telah Kau lakukan pada tentaraku. Kamu telah membunuh menantuku dan menawan putriku. Engkau telah menang dan pergi dengan selamat. Sekarang aku meminta anakku kembali. Dan Kau pun mengembalikannya kepadaku sebagai hadiah tanpa pembayaran atau tebusan apapun, kehormatan adalah bagian yang sangat kuat dalam karaktermu.”
• Pujian bagi Allah yang telah menetapkan kematian atas Abu Bakr, yang lebih menyukaiku daripada Umar. Pujian untuk Allah yang telah memberikan kekuasaan pada Umar yang kurang menyukaiku daripada Abu Bakr, dan memaksaku untuk menyukainya.
==> Khalid mengatakan ini beberapa saat sebelum ia wafat. Abu Bakr mengangkatnya sebagai panglima utama pasukan dan Khalifah Umar memberhentikannya dari pasukan. Walaupun hubungan antar saudara sepupu, Khalid dan Umar, selalu menyisakan sangat sedikit kehangatan, tetapi kepemimpinan Umar yang luar biasa dan adil membuat Khalid kagum, ia pada saat wafatnya mewariskan seluruh hartanya kepada Umar dan menjadikannya sebagai wali bagi surat wasiat warisannya atas tanah dan harta bendanya.
• Semoga Allah memberi ampunan pada Abu Bakr! Jika ia masih hidup, aku tidak akan dibebastugaskan dari jabatan.
==> Khalid mengatakan ini saat Abu Bakr wafat dan penggantinya, Umar, mengganti Khalid dengan Abu Ubaydah, panglima utama yang baru.
• Jika Abu Bakr wafat dan Umar menjadi Khalifah, kami mendengar dan menaatinya.
==> Khalid mengatakan ini setelah wafatnya Abu Bakr.
• Demi Allah, jika Kamu menunjuk seorang anak kecil untuk memimpinku, aku akan menaatinya. Bagaimana mungkin aku tidak menaatimu ketika derajat ke-Islamanmu jauh lebih daripada aku dan Kamu telah dijuluki sebagai “yang Dipercaya oleh Nabi”? Aku tidak akan pernah mencapai status itu. Aku umumkan di sini dan sekarang bahwa aku telah mendedikasikan diriku menuju jalan Allah yang Maha Tinggi.
==> Khalid mengatakan ini pada Abu Ubaydah setelah dibebastugaskan dari jabatannya oleh Umar tanpa diberitahukan alasannya.
• Orang-orang Romawi ini adalah yang paling berani di antara orang-orang Romawi yang pernah kutemui.
==> Khalid memberi penghargaan pada prajurit Romawi yang ia kalahkan dalam Pertempuran Emesa.
• Betapa sedikitnya pasukan Romawi dan betapa banyaknya jumlah kita! Kekuatan sebuah pasukan tidak dinilai dari jumlahnya, tetapi dinilai dari pertolongan Allah padanya, dan kelemahan pasukan ada pada saat Allah meninggalkannya.
==> Khalid mengatakan ini pada salah satu prajuritnya di Pertempuran Yarmuk. Prajurit itu sebelumnya berkata, “Betapa banyaknya jumlah pasukan Romawi dan betapa sedikitnya jumlah kita.”
• Aku memprotes sebagai sebagai seorang muslim atas apa yang teah Engkau putuskan. Demi Allah, Engkau telah tidak adil padaku, wahai Umar!
==> Khalid mengatakan ini pada Khalifah Umar yang memberhentikannya dari ketentaraan tahun 638.
• Umar menunjukku untuk Syams sampai ia berubah menjadi gandum dan madu; kemudian ia memberhentikanku!
==> Khalid mengatakannya pada istrinya setelah diberhentikan.
• Dan di sinilah aku, mati di atas tempat tidur, seperti domba mati. Semoga mata para pengecut tidak akan pernah tidur.
==> Kata-kata terakhir dari Khalid.
Sumber: wikipedia