Jumat, 31 Maret 2017

Pemimpin teladan " Umar bin Khattab"

Istilah 'blusukan' belakangan menjadi sangat populer di telinga kita. Meski bukan istilah baru, 'blusukan' kian dikenal setelah seorang gubernur di republik ini melakukan kegiatan tersebut.
'Blusukan' biasanya dilakukan seorang pemimpin untuk mengetahui kondisi rakyatnya lebih dekat dan objektif. Cara ini dilakukan sang pemimpin dengan masuk secara langsung ke dalam kampung, bertatap muka dengan rakyat, dan melepas segala atribut istana dan protokoler yang melekat di dirinya. Tujuannya hanya satu, mengetahui bagaimana keadaan rakyat yang sebenarnya. Sehingga dengan upaya itu, sang pemimpin dapat mengambil kebijakan yang lebih tepat dan menyentuh.
Namun dalam praktiknya saat ini, cara 'tulus' seperti itu seringkali 'disalahgunakan' menjadi alat pencitraan bagi politisi tertentu agar mendapat simpatik publik dengan memanfaatkan publikasi media luas. Padahal seyogyanya 'blusukan' tidak diketahui. Kegiatan 'blusukan' menjadi semacam 'operasi senyap' sang pemimpin.
Pemimpin-pemimpin Islam bahkan sudah sejak lama dan banyak yang melakukan kegiatan ini. Kegiatan ini dilakukan sebagai perwujudan ketakutan mereka kepada Allah SWT atas amanah kekuasaan dan kepemimpinan yang diembannya.
Salah satu pemimpin besar Islam yang gemar melakukan 'blusukan' adalah Khalifah kedua, Umar bin Khattab. Sahabat Rasulullah yang bergelar 'Al-Faruq' ini dikisahkan dalam sejumlah referensi sejarah Islam, gemar keluar di malam hari untuk melihat kondisi rakyatnya. Meski sebagai khalifah, Umar hidup sangat sederhana. Meski berada di puncak kekuasaan, Umar tidak gelap harta. Meski memiliki otoritas, Umar tetap menyadari kedudukannya sebagai hamba Allah dan pelayan rakyatnya.
'Blusukan' Umar lebih menunjukkan kewibawaan dan kebijaksanaannya sebagai Khalifah. Bukan pencitraan politik. Bahkan seringkali rakyat yang ditemuinya tak mengenalnya sebagai khalifah.
Berikut beberapa kisah 'blusukan' Khalifah Umar bin Khattab sebagaimana diriwayatkan sejumlah Sahabat,
1. Umar dan Perempuan Buta
Sahabat Nabi SAW, Thalhah bin Ubaidillah pernah mengatakan dalah sebuah riwayat. Suatu ketika Umar keluar dalam kegelapan malam dan masuk ke salah satu rumah. Setelah malam itu berlalu dan pagi menjelang, Thalhah lalu mencari rumah tersebut dan mendatanginya. Saat tiba di rumah itu, ternyata dalam rumah terdapat seorang perempuan tua yang buta sedang duduk. Thalhah lalu bertanya kepada sang nenek, "Mengapa lelaki ini (Umar) datang ke rumahmu?"
Wanita tua itu kemudian menjawab, "Ia selalu mengunjungiku setiap beberapa hari sekali untuk membantuku membersihkan dan mengurus segala keperluanku."
Thalhah terkejut dengan keterangan yang disampaikan wanita itu. Bahkan Thalhah lalu mencerca dirinya sendiri, "Celakalah dirimu wahai Thalhah, kenapa engkau memata-matai Umar?"
2. Umar dan tangisan bayi yang disapih ibunya
Seuatu ketika ada sebuah rombongan musafir tiba di Madinah. Mereka lalu turun untuk beristirahat di sebuah musala. Mendengar ada berita kedatangan rombongan musafir, Umar lalu berkata kepada Abdurrahman bin Auf, "Bagaimana jika malam ini kita menjaga mereka?"
Ajakan khalifah tak kuasa ditolak Abdurrahman. Abdurrahman pun mengiyakan ajakan pemimpinnya. "Ya, aku setuju!"
Saat malam tiba, kedua sahabat Nabi SAW ini berjalan menuju tempat peristirahatan para musafir di musala. Keduanya menjaga harta dan kenyamanan para musafir sepanjang malam sambil melakukan salat bergantian.
Di tengah penjagaannya, tiba-tiba Umar mendengar suara anak kecil menangis. Umar lalu menuju sumber suara itu dan ditemuinya sang ibu. Umar berkata, "Takutlah engkau kepada Allah dan berbuat baiklah dalam merawat anakmu."
Umar lalu kembali ke tempatnya. Selang beberapa saat, tangisan sang bayi terdengar kembali. Dia mendengar lagi suara bayi dan kembali mendatanginya. Umar berkata kembali kepada sang ibu sebagaimana perkataannya yang awal.
Setelah itu, Umar pun ke tempatnya semula. Namun tak lama, di akhir malam Umar lagi-lagi mendengar bayi tersebut menangis. Umar segera mendatanginya dan kembali berkata kepada ibu sang bayi, "Celakalah engkau, sesungguhnya engkau adalah ibu yang buruk, kenapa aku mendengar anakmu menangis sepanjang malam?"
Wanita yang tidak mengenali Umar ini lalu menjawab, "Hai tuan, sesungguhnya aku berusaha menyapihnya dan memalingkan perhatiannya untuk menyusu tetapi dia masih tetap ingin menyusu." Umar bertanya, "Kenapa engkau akan menyapihnya?"
Wanita itu menjawab, "Karena Umar hanya memberikan jatah makan terhadap anak-anak yang telah disapih saja."
"Berapa usia anakmu?" tanya Umar.
"Baru beberapa bulan saja," jawabnya.
"Celakalah engkau, kenapa terlalu cepat engkau menyapihnya?" cetus Umar.
Setelah dialog itu, tak lama waktu subuh pun tiba. Umar pergi ke Masjid untuk memimpin kaum muslimin salat subuh berjamaah. Saat menjadi imam, suara tilawah Umar nyaris tak terdengar oleh kaum muslimin lantara tangisnya yang agak keras.
Dalam benak, Umar berkata kepada dirinya, "Celakalah engkau hai Umar berapa banyak anak-anak bayi kaum muslimin yang telah engkau bunuh."
Setelah salat subuh, Umar lalu memerintahkan pegawainya untuk mengumumkan kepada seluruh rakyatnya perihal kebijakan baru. "Janganlah kalian terlalu cepat menyapih anak-anak kalian, sebab kami akan memberikan jatah bagi setiap anak yang lahir dalam Islam."
3. Umar dan ibu yang akan melahirkan
Dalam sebuah riwayat, Aslam pernah menceritakan pengalamannya bersama Umar bin Khattab. Suatu malam, Aslam pernah menemani Umar pergi ke luar kota. Dari kejauhan, keduanya melihat kilauan cahaya yang terpancar dari sebuah tenda. Keduanya lalu menghampiri tenda itu.
Saat sudah mendekat, keduanya terkejut. Ternyata ada seorang wanita yang sedang menangis di dalam tenda. Umar bertanya tentang keadaan sang wanita. Wanita itu menjawab, "Aku adalah seorang wanita Arab yang akan bersalin (melahirkan) sedangkan aku tidak memiliki apapun".
Mendengar jawaban itu Umar menangis terseduh. Ia lalu keluar tenda dan berlari kencang menuju rumahnya. Umar menemui istrinya, Ummu Kaltsum binti Ali bin Abi Thalib dan berkata kepadanya, "Apakah engkau mau mendapatkan pahala yang akan Allah karuniakan kepadamu?"
Umar menceritakan kejadian yang baru saja ditemuinya kepada istrinya.
"Ya, aku akan membantunya," jawab istri Umar.
Setelah itu, tanpa berpikir panjang, Umar segera mengambil satu karung gandum beserta daging dan memanggulnya. Sementara Ummu Kaltsum membawa peralatan yang dibutuhkan untuk persalinan. Keduanya berjalan mendatangi wanita tersebut. Sesampainya di tenda, Ummu Kaltsum segera masuk ke tempat wanita itu, sementara Umar duduk bersama suami sang wanita yang tidak mengenal wajah Umar. Keduanya berbincang-bincang. Umar mencoba menenangkan hati lelaki itu.
Setelah beberapa saat, tangisan bayi terdengar dari dalam tenda. Ummu Kaltsum berhasil membantu persalinan wanita papa tersebut. Ummu Kaltsum lalu berkata kepada suaminya, "Wahai Amirul Mukminin, sampaikan berita gembira kepada suaminya bahwa anaknya yang baru lahir adalah lelaki."
Lelaki itu terkejut mendengar kata 'Amirul Mukminin' keluar dari mulut Ummu Kaltsum. Dia tak menyadari jika telah berbincang-bincang dengan seorang khalifah, dan yang membantu persalinan istrinya adalah seorang Ummul Mukminin. Lelaki itu lalu meminta maaf kepada Umar. Namun Umar membalas dengan amat rendah hati,"Tidak mengapa".
Setelah itu, Umar memberikan kepada mereka nafkah dan segala kebutuhan pokok yang diperlukannya sebelum pagi menjelang. Umar dan istrinya lalu kembali ke rumah.
4. Umar dan sekarung gandum
Aslam kembali pernah meriwayatkan pengalamannya bersama Khalifah Umar bin Khattab. Suatu malam dia menemani Umar pergi menuju dusun Waqim. Saat� sampai di Shirar, keduanya melihat ada api menyala.
Umar berkata, "Wahai Aslam, di sana ada musafir yang kemalaman, mari kita berangkat menuju mereka".
Keduanya lalu menghampiri sumber api. Tak disangka, di dekat api itu tenda. Di dalamnya ada seorang wanita bersama anak-anaknya yang sedang menanti periuk di atas api. Anak-anak itu menangis.
"Assalamu alaiki wahai pemilik api," tanya Umar.
"Wa alaika as-Salam," jawab sang wanita.
"Kami boleh mendekat?" tanya lagi Umar.
"Silakan!"
"Ada apa gerangan dengan kalian?" kata Umar.
"Kami kemalaman dalam perjalanan serta kedinginan," jawab wanita itu yang masih tak mengenali siapa Umar.
"Kenapa anak-anak itu menangis?" tanya Umar. "Karena lapar," jawabnya.
Umar kembali bertanya, "Apa yang engkau masak di atas api itu?"
"Air agar aku dapat menenangkan mereka hingga tertidur. Dan Allah kelak yang akan jadi hakim antara kami dengan Umar," jawab wanita itu jelas.
Ucapan wanita papa itu ternyata sangat mengejutkan Umar. Hati Umar tersentak. Umar menangis. Umar pun lalu berlari pulang menuju gudang tempat penyimpanan gandum. Ia segera mengeluarkan sekarung gandum dan satu ember daging, sambil berkata kepada Aslam, "Wahai Aslam, naikkan karung ini ke atas pundakku."
"Biar aku saja yang membawanya untukmu," pinta Aslam.
"Apakah engkau mau memikul dosaku kelak di hari kiamat?" cetus Umar. Aslam akhirnya tak kuasa memenuhi permintaan Umar. Dia lalu memikulkan karung itu ke atas pundak Umar dan mendatangi kembali tempat wanita itu.
Tiba di tenda, Umar segera meletakkan karung gandum dan mengeluarkannya untuk diletakkan ke dalam periuk. Umar juga memasukkan daging ke dalam periuk. Umar memasakkan makanan untuk sang wanita dan anak-anaknya tersebut. Bahkan saat meniup api periuk, jenggot Umar sempat tersambar kilatan api.
"Berikan aku piring kalian!" pinta Umar kepada sang wanita. Setelah piring diletakkan segera Umar menuangkan isi periuk ke dalam piring-piring itu dan menghidangkannya kepada anak-anak wanita itu seraya berkata, "Makanlah!"
Anak-anak itu terlihat menikmati makanan yang dihidangkan Umar hingga merasa kenyang. Melihat kebaikan budi Umar, wanita itu lalu berdoa agar Allah memberi ganjaran setimpal kepadaya. Sementara sang wanita sendiri tak mengetahui jika lelaki yang bersusah payah menolongnya adalah Umar bin Khattab, sang Khalifah.
Umar masih bersama mereka hingga anak-anak itu tertidur pulas. Setelah semunya selesai, Umar lalu memberikan nafkah kepada mereka sebelum pulang.
"Wahai Aslam, sesungguhnya rasa laparlah yang membuat mereka begadang dan tidak dapat tidur," tutur Umar kepada Aslam sambil berjalan pulang ke rumah sebelum pagi menjelang.

Rabu, 29 Maret 2017

Khalifah Harun Ar Rasyid, Sang Pembangun Peradaban


Khalifah Harun Ar-Rasyid (786-809 M) adalah khalifah kelima Daulah Abbasiyah. Ia dilahirkan pada Februari 763 M. Ayahnya bernama Al-Mahdi, khalifah ketiga Bani Abbasiyah, dan ibunya bernama Khaizuran.


Masa kanak-kanaknya dilewati dengan mempelajari ilmu-ilmu agama dan ilmu pemerintahan. Guru agamanya yang terkenal pada masa itu adalah Yahya bin Khalid Al-Barmaki.

Harun Ar-Rasyid diangkat menjadi khalifah pada September 786 M, pada usianya yang sangat muda, 23 tahun. Jabatan khalifah itu dipegangnya setelah saudaranya yang menjabat khalifah, Musa Al-Hadi wafat. Dalam menjalankan roda pemerintahan, Harun Ar-Rasyid didampingi Yahya bin Khalid dan empat putranya.

Daulah Abbasiyah mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Harun Ar-Rasyid, seorang khalifah yang taat beragama, shalih, dermawan, hampir bisa disamakan dengan Khalifah Umar bin Abdul Azis dari Bani Umayyah. Jabatan khalifah tidak membuatnya terhalang untuk turun ke jalan-jalan pada malam hari, tujuannya untuk melihat keadaan rakyat yang sebenarnya. Ia ingin melihat apa yang terjadi dan menimpa kaum lemah dengan mata kepalanya sendiri untuk kemudian memberikan bantuan.

Pada masa itu, Baghdad menjadi mercusuar kota impian 1.001 malam yang tidak ada tandingannya di dunia pada abad pertengahan. Daulah Abbasiyah pada masa itu, mempunyai wilayah kekuasaan yang luas, membentang dari Afrika Utara sampai ke Hindukush, India. Kekuatan militer yang dimilikinya juga sangat luar biasa.

Khalifah Harun Ar-Rasyid mempunyai perhatian yang sangat baik terhadap ilmuwan dan budayawan. Ia mengumpulkan mereka semua dan melibatkannya dalam setiap kebijakan yang akan diambil pemerintah. Perdana menterinya adalah seorang ulama besar di zamannya, Yahya Al-Barmaki juga merupakan guru Khalifah Harun Ar-Rasyid, sehingga banyak nasihat dan anjuran kebaikan mengalir dari Yahya. Hal ini semua membentengi Khalifah Harun Ar-Rasyid dari perbuatan-perbuatan yang menyimpang dari ajaran-ajaran Islam.

Pada masa Khalifah Harun Ar-Rasyid, hidup juga seorang cerdik pandai yang sering memberikan nasihat-nasihat kebaikan pada Khalifah, yaitu Abu Nawas. Nasihat-nasihat kebaikan dari Abu Nawas disertai dengan gayanya yang lucu, menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan Khalifah Harun Ar-Rasyid.

Suasana negara yang aman dan damai membuat rakyat menjadi tenteram. Bahkan pada masa pemerintahan Harun Ar-Rasyid sangat sulit mencari orang yang akan diberikan zakat, infak dan sedekah, karena tingkat kemakmuran penduduknya merata. Di samping itu, banyak pedagang dan saudagar yang menanamkan investasinya pada berbagai bidang usaha di wilayah Bani Abbasiyah pada masa itu. 

Setiap orang merasa aman untuk keluar pada malam hari, karena tingkat kejahatan yang minim. Kaum terpelajar dan masyarakat umum dapat melakukan perjalanan dan penjelajahan di negeri yang luas itu dengan aman. Masjid-masjid, perguruan tinggi, madrasah-madrasah, rumah sakit, dan sarana kepentingan umum lainnya banyak dibangun pada masa itu.

Khalifah Harun Ar-Rasyid juga sangat giat dalam penerjemahan berbagai buku berbahasa asing ke dalam bahasa Arab. Dewan penerjemah juga dibentuk untuk keperluan penerjemahan dan penggalian informasi yang termuat dalam buku asing. Dewan penerjemah itu diketuai oleh seorang pakar bernama Yuhana bin Musawih.

Bahasa Arab ketika itu merupakan bahasa resmi negara dan bahasa pengantar di sekolah-sekolah, perguruan tinggi, dan bahkan menjadi alat komunikasi umum. Karena itu, dianggap tepat bila semua pengetahuan yang termuat dalam bahasa asing itu segera diterjemahkan ke dalam bahasa Arab.

Khalifah Harun Ar-Rasyid meninggal dunia di Khurasan pada 3 atau 4 Jumadil Tsani 193 H/809 M setelah menjadi khalifah selama lebih kurang 23 tahun 6 bulan. Seperti ditulis Imam As-Suyuthi, ia meninggal saat memimpin Perang Thus, sebuah wilayah di Khurasan. Saat meninggal usianya 45 tahun, bertindak sebagai imam shalat jenazahnya adalah anaknya sendiri yang bernama Shalih.

Daulah Abbasiyah dan dunia Islam saat itu benar-benar kehilangan sosok pemimpin yang shalih dan adil, sehingga tak seorang pun yang teraniaya tanpa diketahui oleh Khalifah Harun Ar-Rasyid dan mendapatkan perlindungan hukum yang sesuai.


Sumber : www.republika.co.id

Jumat, 24 Maret 2017

YANISSARI, PASUKAN ELIT ISLAM YANG BIKIN TENTARA EROPA KETAKUTAN

"100 Pasukan Kristen akan jauh lebih gaduh dibanding 10.000 pasukan Islam tatkala diperintah untuk bergerak," Lord Kinross, peneliti Inggris.
--------------------------------
Era kini mungkin tak banyak yang mengenal Yanissari. Lebih populer istilah "knight templar" ataupun "three muskeeter". Padahal, di abad pertengahan lalu, pasukan Yanissari inilah yang sangat ditakuti dunia. Pasukan Salib luluhlantak tatkala berhadapan dengan tentara Yanissari. Kisahnya terjadi tatkala Kesultanan Utsmaniyah menguasai separuh belahan dunia di abad pertengahan lalu.

Yanissari adalah sebutan untuk kelompok pasukan elit Utsmaniyah. Pasukan ini dibentuk kali pertama kala Murad I menjadi Sultan Ustamaniyah. Menurut Felix Siauw, penulis buku "Muhammad Al Fatih 1453", pasukan elit dalam Islam sebenarnya sudah dibentuk sejak era Utsman bin Affan menjadi Khalifah, di abad 7 Masehi lalu. "Utsmaniyah kemudian mengembangkan lagi pasukan elit seperti yang dilakukan Khalifah Utsman, itulah Yanissari itu," tuturnya kepada Mahkamah, beberapa waktu lalu.

Roger Crowly, penulis buku "1453 Detik-Detik Jatuhnya Konstantinopel ke Tangan Islam", sempat menggambarkan ringkas tentang keperkasaan Yanissari. Peneliti asal Inggris itu menggambarkan pasukan Yanissari sempat membikin merinding tentara Kristen yang mempertahankan Konstantinopel, ibukota Romawi, tatkala diserbu oleh pasukan Utsmaniyah. Pasukan itu, tulis Crowly lagi, seperti tak takut kematian, memiliki keahlian beladiri yang sangat tinggi, berperang seperti singa padang pasir.

Crowly juga menggambarkan proses perekrutan pasukan Yanissari yang sangat ketat. "Bila ayahnya adalah anggota Yanissari, maka anaknya kemudian menjadi Yanissari, tanpa diketahui siapapun. Hanya sultan yang mengetahuinya," tutur Crowly lagi. Begitu kehebatan pasukan khusus ini.

Di era Utsmaniyah menguasai dunia, memang warga Eropa sekalipun berlomba-lomba agar anaknya bisa masuk menjadi pasukan Yanissari. Ini digambarkan terang oleh sejarahwan Yunani, Dimitri Kitsikis. Dalam bukunya, Turk Yunan Imparatorlugu, Dimitri melukiskan banyak keluarga Kristen yang bernafsu memasukkan anak laki-lakinya menjadi pasukan Yanissari. Karena dengan bergabung menjadi Yanissari, menurut Dimitri lagi, bisa memberikan kemajuan keluarganya secara sosial.

Dimitri melukiskan lagi, kala Yunani di bawah kekuasaan Utsmaniyah, lulusan Yanissari kemungkinan besar diangkat menjadi Wazir Agung, Gubernur Jenderal dan pejabat teras Utsmaniyah lainnya. Tak heran banyak warga yang ingin anaknya bergabung dengan Yanissari.
Dalam gambaran Crowly lagi, kala berperang, pasukan Yanissari inilah penggedor tembok terakhir Konstantinopel. "Mereka sangat terlatih, tidak pernah ada pasukan Kristen seperti pasukan itu," papar Crowly lagi. Pasukan Yanissari ini memang sangat disegani. Crowly menceritakan, pasukan itu bisa tidur di padang pasir, kemudian bangun dan langsung siap berperang. Begitulah dahsyatnya.

Felix juga menuturkan, selain dibekali kemampuan tempur tingkat tinggi, pasukan Yanissari juga sangat unggul dari sisi keimanan. "Ketika Sultan Al Fatih berhasil menjebol Konstantinopel, dia langsung mengumpulkan seluruh prajurit Yanissari di Masjid Hagia Sophia untuk melaksanakan sholat berjamaah pertama kalinya. Mereka memilih siapa yang layak menjadi imam," kisah Felix lagi. Hampir seluruh pasukan Yanissari, tutur Felix lagi, tak pernah meninggalkan sholat lima waktu dan sholat sunnah. "Mereka sangat Islami sekali," pungkasnya.

Tak heran, Lord Kinross, peneliti asal Inggris dalam bukunya The Ottoman Centuries: The Rise and the Fall of Turkish Empire, tak kuasa untuk melukiskan tentang rahasia keperkasaan pasukan Utsmani. Dia mengutip seorang pengembara bernama Bertrand de Broquiere yang melukiskan,"Pasukan Utsmani sangat cepat gerakannya. Seratus pasukan Kristen akan jauh lebih gaduh dari sepuluh ribu pasukan Utsmani tatkala diperintah untuk bergerak. Tatkala genderang perang telah ditabuh, maka dengan segera mereka akan bergerak, mereka tidak berhenti melangkah hingga komando dikeluarkan. Mereka adalah pasukan yang terlatih. Dalam semalam mereka mampu melakukan tiga kali lipat perjalanan yang dilakukan musuh-musuhnya orang-orang Kristen".

Di kesultanan Utsmaniyah, pasukan Yanisari ini juga berperan sebagai pasukan pengawal Sultan. Pasukan Yanissari inilah yang kemudian ditiru Barat. Di abad 18, beberapa negara Barat membentuk Musketeer, pasukan pengawal Presiden atau Raja. Keahlian pasukan Yanissari ini juga yang kemudian diadopsi oleh CIA, FBI, Mossad, dan lembaga intelijen lainnya.

Sumber : http://www.globalmuslim.web.id

Jumat, 03 Maret 2017

DETIK-DETIK RUNTUHNYA KEKHILAFAHAN ISLAM TERAKHIR



constantinope_seige_edirne_kusatma_
KHILAFAH Islamiyyah telah bermula sejak zaman selepas kewafatan Rasulullah SAW, sejak pemerintahan Khulafaur Rasyidin, dilanjutkan pemerintahan Bani Umayyah, Bani Abbasiyyah, serta beberapa kerajaan lain sebelum kejatuhan kerajaan Islam yang terakhir, yaitu kerajaan Turki Utsmaniyyah.
Khilafah Islamiyyah merupakan kekuatan umat Islam yang amat menggetarkan pihak Barat. Khalifah adalah pengganti Rasulullah dalam mentadbir dan memerintah negara Islam, sekaligus sebagai pemimpin bagi umat Islam secara keseluruhan.
Setelah beberapa abad menguasai dua pertiga dunia, Kerajaan secara resmi dibubarkan pada 3 Maret 1924 M bertepatan dengan 27 Rejab 1342 H oleh Mustafa Kemal Atartuk. Kerajaan Islam terakhir yang mampu bertahan sehingga jatuhnya Khilafah Islamiyyah ini adalah Kerajaan Utsmaniyyah.
Siapa Mustafa Kemal Atartuk?
Mustafa Kemal Atartuk merupakan dalang dan pengkhianat di balik kejatuhan kerajaan Utsmaniyyah dan pembubaran Khilafah Islamiyyah khususnya.
Mustafa dilahirkan di Salonica pada 12 Maret 1881 Salonica merupakan kota orang Yahudi yang mempunyai penduduk sejumlah 140.000 orang. Sebanyak 20 000 dari mereka merupakan orang Yahudi Aldunama, yaitu kaum Yahudi yang berpura-pura memeluk agama Islam.
Sewaktu kecil, Mustafa Kemal Atartuk sangat dibenci dan disisihkan oleh teman-temannya. Dia  sering bertengkar dengan guru, dan merasa senang jika mampu menyakiti seseorang. Dia sangat membenci bangsa Arab.
Ia mulai sekolah di Sekolah Fatimah, sebuah sekolah agama yang terkenal.Namun karena ayahnya membenci guru guru agama, Mustafa dipindahkan ke sekolah lain yang memasukkan Kurikulum Barat dalam pendidikannya. Pada usia dua belas tahun, Mustafa telah memasuki sekolah tentera di Salonica. Di sinilah guru-gurunya memberi gelar “Kemal” yang berarti pandai dalam pelajaran dan matematika.
Pada tahun 1898 ketika berusia 17 tahun, Dia memasuki Sekolah Tentara Monaster dan pada 1899, dia masuk Sekolah Tentara Istanbul. Di sini dia mulai aktif di bidang politik dan memasuki gerakan – gerakan rahasia. Pada tahun 1902 dia mendapat pendidikan di Akademi Staf Komando Militer dan lulus pada tahun 1905.
Mustafa Kemal Atartuk merupakan militer Turki yang melakukan konspirasi bersama pihak Barat untuk menjatuhkan Khilafah Islamiyyah dan menjadikan Turki sebuah Republik yang berdasarkan ideologi sekular. Dia meninggal dunia pada hari Kamis, 10 November 1938 karena mengidap berbagai penyakit, diantaranya Sirosis Hepatis karena mengkonsumsi alkohol yang banyak, penyakit kelamin (GO) serta beberapa penyakit lain yang mengerikan.
Kemal-Atatürk-1
BANYAK peristiwa yang terjadi sebelum kejatuhan Khilafah secara rasmi pada 3 Maret 1924 M.
Peperangan Yunani-Turki
Peperangan antara Yunani dan Mustafa Kemal Atartuk merupakan peperangan yang telah lama diatur. Negara-negara Sekutu mendatangi Perdana Menteri Yunani, Venizelos untuk mendukung mereka agar Yunani menjalankan misi menjatuhkan Khilafah Islamiyyah. Dan Vinezelos setuju setelah mendapat dorongan dari pemuka pemuka agamanya dengan beberapa syarat, diantaranya penyerahan Kota Konstantinopel kepada Yunani jika mereka menang.
Atas persetujuan ini, Perancis kemudian mengirim dua orang wakil ke Turki untuk menawarkan Konsep Freemasonary kepada Turki dan bantuan dari Perancis dalam bentuk peralatan perang yang cukup untuk 40,000 orang tentara dan bala tentara dari Syria sebanyak 8,000 orang. Amerika dan Italia ikut terlibat di dalam perdagangan senjata ini.
Pertempuran Tentara Yunani dan Turki berlangsung beberapa kali dan akhirnya Yunani dikalahkan oleh tentara Turki. Perang pertama pada tanggal 10 Juli 1920 menyebabkan mundurnya Tentara Turki. Pertempuran kedua pada 23 Agustus 1921 juga menyebabkan kekalahan buruk bagi Turki.
Namun pada 13 September 1921, peperangan yang berlaku di Saqoria menunjukkan kekuatan tentara Turki yang dipimpin oleh Mustafa Kemal Atartuk dengan mengalahkan tentara Yunani. Kemenangan Turki ini memberikan kepercayaan kepada kepimpinan Mustafa Kemal. Umat Islam mulai memberikan perhatian kepadanya dan tidak lagi mempedulikan Khalifah.Sikap Umat Islam ini sesuai dengan Konsep Freemason dan Barat untuk mengorbitkan nama Mustafa Kemal Atartuk.
Muktamar Luzan I
Muktamar ini diadakan pada tanggal 28 Oktober 1922 M. Muktamar ini mendatangkan perwakilan Kerajaan Sementara Ankara, perwakilan Kerajaan Utsmaniyyah serta negara-negara Sekutu. Undangan kepada perwakilan Kerajaan Utsmaniyyah hanyalah sebagai rasa keadilan semata.
Dalam Muktamar ini, tidak dibicarakan masalah kepentingan bersama, tetapi secara bulat memutuskan bahwa Turki akan dibentuk menjadi sebuah negara Republik dan kerajaan Utsmaniyyah dihapuskan.
Turki secara rasmi menjadi sebuah negara Republik pada tanggal 17 November 1922 oleh Majelis Kebangsaan Turki di Ankara. Akan tetapi, jabatan khalifah masih dipertahankan, namun hanya mengurusi hal hal yang berkaitan dengan agama saja.
Mukmatar Luzan II
Muktamar Luzan tidak hanya berhenti sampai disitu, selanjutnya diadakan muktamar yang kedua dengan beberapa rancangan sulit yang telah disampaikan oleh wakil Mustafa Kemal Atartuk yaitu Esmet Inono dan wakil Negara-negara Sekutu yaitu Lord Qiruzon. Rancangan sulit yang dibicarakan adalah:
- Mustafa Kemal Atartuk harus membebaskan Turki dari pengaruh Islam.
- Jabatan Khalifah harus dihapuskan.
- Gaya hidup Islam harus diganti dengan gaya hidup Barat yang bertentangan dengan ajaran Islam.
Perjanjian Esmut Inono dan Lord Qiruzon
Perjanjian ini berlangsung lebih kurang delapan bulan setelah Muktamar Luzan II diadakan. Perjanjian yang ditandatangani adalah : Turki harus membebaskan Qobrus, Syam, Iraw, Al-Jazair, Tunis, Mesir dan Libya dari pemerintahannya.Tujuannya jelas bahwa Inggris berniat memperluas jajahannya setelah kejatuhan Khilafah Islamiyyah nanti.
Muktamar Luzan 1923 M
Muktamar Luzan 1923 M menetapkan beberapa syarat yang harus diterima oleh Turki. Syarat-syarat tersebut ialah:
- Penghapusan semua hal yang berkaitan dengan Islam dari Turki
Penghapusan Khalifah untuk selama-lamanya
- Mengeluarkan Khalifah, para pendukungnya dan Islam dari negeri – Turki, serta mengambil harta Khalifah
- Mengambil undang-undang sipil menggantikan undang-undang Turki yang lama
Pembubaran Khilafah Islamiyah 3 Maret 1924 M
Setelah lama merancang secara teliti dan mengadakan kesepakatan – kesepakatan rahasia, membawa masuk unsur-unsur negatif kepada kerajaan Utsmaniyyah, serta pengaruh individu – individu yang bermuka dua terutama Mustafa Kemal Atartuk sebagai dalang utama serta membawa harapan Barat.Mereka melaksanakan impiannya  untuk menghapuskan Khilafah Islamiyyah yang menjadi nadi kekuatan umat Islam. Dan akhirnya pada 3 Maret 1924, secara rasminya Khilafah Islamiyyah dibubarkan.
Pada tanggal ini juga Mustafa Kemal Atartuk dengan resmi telah melakukan beberapa perubahan drastik, di antaranya:
- Mengumumkan pemisahan agama dari pemerintahan negara
- Menutup mahkamah – mahkamah Syariah
- Menghapus jabatan Menteri Syariah dan Menteri Auqaf
- Mengusir Khalifah Abdul Majid II serta semua keluarganya dari Turki.

khilafah
KEJATUHAN Khilafah Islamiyyah, secara keseluruhan memberi dampak yang amat mendalam bagi umat Islam dari berbagai aspek, sejak detik kejatuhannya 88 tahun yang lalu, hingga hari ini. Diantaranya terhadap identitas umat Islam, agama, sosial, undang-undang, pendidikan, ekonomi, bahasa, kesatuan umat Islam, bahasa dan pemikiran.
Hilangnya Identitas Umat Islam
Dampak kejatuhan Turki Utsmaniyyah diantaranya  adalah hilangnya identitas umat islam yang tidak memiliki sistem pemerintahan khilafah. Umat islam menjadi lemah sehingga mudah dijajah satu persatu dan umat islam mulai dikotak-kotakkan serta ditindas karena tiada ada pemerintah yang adil lagi bijak. Umat islam tidak mampu mengamalkan ajaran islam yang sebenarnya karena tidak ada pemimpin islam.
Selain itu, umat Islam mengalami gejala perpecahan yang amat dahsyat yang semula berada di bawah satu khilafah Islamiyyah. Munculnya kerajaan – kerajaan kecil yang mempunyai sistem perundangan dan identitas sendiri.Kedatangan penjajah yang telah menghapuskan sistem Khilafah islamiyyah dan membagi Negara-negara umat islam menjadi kerajaan kerajaan kecil mengikuti identitas bangsa dan budaya negeri. Maka lahirlah Negara Mesir, Iran, Arab Saudi, Kuwait dan lain-lain.
Agama 
Dari sisi agama, Mustafa Kemal Atartuk memerintahkan penerjemahan Al-Quran ke dalam bahasa Turki, sehingga kehilangan makna-makna dan cita rasa bahasanya.
Hari libur umat islam yaitu hari Jumat diganti menjadi hari Ahad mengikuti hari libur orang Kristen. Perayaan hari raya Aidilfitri dan hari raya Aidiladha dihapuskan karena dianggap mengganggu ketenteraman rakyatnya. Kaum muslimin Turki dilarang menunaikan Haji. Kalendar Barat menggantikan Kalendar Hijriyyah. Kaum muslimin dipaksa menyerukan azan dengan bahasa Turki. Suatu ketika dia mendengar azan subuh dari masjid yang dekat dengan istananya, maka dia memerintahkan supaya tempat azan tersebut dirobohkan.Umat Islam dipaksa membaca Al-Quran dengan bahasa Turki bukan dengan bahasa arab.
Selain itu, Dia terus menerus menghina masjid-masjid dan mengurangi jumlah khatib yang dibayar pemerintah sehingga berjumlah hanya 300 khatib. Dia juga memerintahkan mereka untuk membicarakan banyak perkara dalam khutbah Jumat antaranya masalah pertanian, industri, politik dan disertai dengan pujian ke atasnya.
Sosial
Dari segi sosial, Umat islam dilarang memakai Tarbus dan menggantikannya dengan topi yang menjadi simbol kekafiran dalam pandangan bangsa Turki Muslim. Mustafa Kemal memerintahkan tentaranya membuat tiang gantung di seluruh lapangan yang terdapat di Bandar. Mereka yang menolak memakai topi, akan digantung di lapangan tersebut.
Pelarangan jilbab bagi wanita juga dilakukan. Kaum wanita diperintah menanggalkan jilbab termasuk di universitas dan sekolah. Ketika kaki dan tangan seorang wanita mengenakan penutup, maka mereka dianggap melakukan kesalahan dan dipecat dari jabatan.
Dia juga melarang poligami, menyamakan hak dan kewajipan antara lelaki dan wanita. Pemerintah memaksa wanita keluar rumah untuk memegang jabatan kerajaan yang dulu wanita kebanyakan berperan sebagai ibu rumahtangga.Pemerintah mendorong diselenggarakan pesta-pesta tari dan drama-drama yang menggabungkan antara lelaki dan perempuan.
Undang Undang
Dari sisi undang – undang, Al-Quran tidak lagi dijadikan dasar utama dalam penyelenggaraan negara dan pembentukan undang-undang. Undang-undang Allah SWT dianggap kuno dan ketinggalan jaman. Undang-undang Syariah digantikan dengan undang-undang Sipil yang berdasarkan sekularisme dengan mengadopsi Undang-undang Swiss, Itali dan Jerman.
Pendidikan
Dari sisi pendidikan, kebanyakan sekolah agama diganti dengan sekolah sekuler, yang menerapkan sistem pendidikan sekular sebagai dasar sistem pendidikan negara. Sistem yang bertujuan memisahkan islam dari kehidupan dunia manusia.
Mereka mendirikan sekolah yang mengajarkan Tarian Timur dan Tarian Barat supaya negara Islam terus mengalami kemunduran melalui hiburan dan berbagai bentuk maksiat yang meninggalkan syariat dan pertimbangan akal yang normal.
Ekonomi
Ekonomi Islam dihapus dan diganti dengan sistem ekonomi barat seperti Kapitalis, Sosialis, atau globalisasi ekonomi dan sebagainya. Bank-bank riba bebas bergerak  dalam negara negara Islam. Penyelenggaraan ekonomi berbasis riba adalah hal biasa dalam kehidupan umat islam walaupun Islam dengan jelas mengharamkannya. Arak dan judi diperjualbelikan dan dijadikan sumber pemasukan utama bagi individu dan negara tanpa melihat dampak negatifnya dalam masyarakat.
Bahasa
Pemerintah juga mengganti bahasa Arab dan bahasa Turki dengan huruf Latin.Dengan cara tersebut, bangsa Turki dipisahkan secara total dari agama dan warisan mereka. Mereka yang tidak menguasai huruf latin dengan baik pada ketika itu dihukum dengan pengharaman kerja, menarik balik kewarganegaraan, pengusiran dari tanah air dan penjara. Selain itu, pengajaran bahasa arab dan bahasa Turki dihapuskan serta penggunaan bahasa arab dalam penulisan dan komunikasi diharamkan.
Pemikiran Umat Islam
Pemikiran umat islam mulai ditanamkan pemikiran sekulerisme yang meyakini bahwa kemajuan hanya dapat dicapai dengan mengikut cara barat. Pemikiran ini berbahaya karena masyarakat akan meninggalkan agama dan rusaklah tatanan masyarakat.
Kekuatan umat Islam yang sebenarnya adalah Khilafah Islamiyyah. Ia merupakan sesuatu yang dianggap Barat sebagai kekuatan ancaman yang dapat menyatukan umat Islam di bawah pemerintahan yang satu
Namun kejayaan Khilafah Islamiyyah yang telah bertahan lebih dari 1000 tahun lenyap begitu saja oleh kehadiran pihak Barat yang oleh orang orang munafik yang bermuka dua. Mereka rela membantu Barat untuk menghancurkan Khilafah
Dampak kejatuhan Khilafah sangat merugikan umat Islam. Sebagai umat Islam, kita  harus senantiasa mengambil pengajaran dan menyadari kelemahan kita sendiri dan sungguh sungguh mencari kekuatan untuk mengembalikan Khilafah Islamiyyah, agar umat Islam kembali bersatu padu seperti zaman Rasulullah s.a.w lebih 1400 tahun yang lalu.
Sumber : http://www.globalmuslim.web.id