Pengetahuan itu ada karena ada pendukung (subjek) pengetahuan itu sendiri, yaitu manusia. Dalam hal ini adanya pengetahuan ditentukan oleh faktor internal, dari dalam diri manusia. Di samping itu, ada faktor eksternal, yaitu dorongan dari luar berupa tuntutan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kehidupan. Kesadaran subjek pengenal (manusia) tentang objek yang dikenalnya disebut pengetahuan, di mana terang terjadi dari pihak subjek, yang dapat membedakan objek dalam hubungan dengan dirinya, maupun dari pihak objek yang seolah-olah membuka diri kepada subjek yang berhubungan dengan dirinya. Manusia didukung oleh alat perlengkapan berupa kodrat tripotensi kejiwaan, yaitu cipta, rasa dan karsa. Cipta berfungsi sebagai alat atau cara untuk mengetahui dan menemukan nilai kebenaran. Rasa berfungsi sebagai alat atau cara untuk mengetahui dan menemukan nilai keindahan. Sedangkan karsa sebagai alat atau cara untuk mengetahui dan menemukan nilai kebaikan. Mengenai sebab-musabab pengetahuan, juga bersangkutan erat dengan masalah sumbersumber pengetahuan. Dikenal ada beberapa sumber, yaitu kepercayaan berdasarkan tradisi, adat-istiadat dan agama; kesaksian orang lain; pancaindera (pengalaman); akal pikiran, dan intuisi. Sumber pertama yaitu kepercayaan, biasanya berbentuk norma-norma dan kaidahkaidah baku yang berlaku di dalam kehidupan sehari-hari. Di dalam norma-norma dan kaidahkaidah itu terkandung pengetahuan yang kebenarannya boleh jadi tidak dapat dibuktikan secara rasional dan empirik, tetapi sulit dikritik untuk diubah begitu saja. Sumber kedua, pengetahuan berdasarkan otoritas kesaksian orang lain, juga masih diwarnai oleh kepercayaan. Boleh jadi sumber pengetahuan ini mengandung kebenaran, tetapi persoalannya terletak pada sejauh mana orang itu bisa dipercayai. Selanjutnya mengenai sumber ketiga, yaitu pengalaman inderawi. Bagi manusia, pengalaman inderawi adalah alat vital penyelenggaraan kebutuhan hidup sehari-hari. Tetapi, manusia sering tertipu oleh daya kemampuan pancaidera dalam menangkap kebenaran objek. Sumber keempat yaitu akal pikiran. Akal pikiran cenderung memberikan pengetahuan yang lebih umum, objektif dan pasti, serta yang bersifat tetap tidak berubahubah. Sumber kelima yaitu intuisi. Sumber ini berupa gerak hati yang paling dalam. Pengetahuan yang bersumber dari intuisi, merupakan pengalaman batin yang bersifat langsung . Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pada mulanya pengetahuan didapat dengan cara percaya. Selanjutnya, melalui kemampuan pancaindera/pengalaman kepercayaan itu mulai diragukan kebenarannya. Melalui pancaindera/pengalaman melahirkan pendapat. Ketika pendapat sering teruji baik secara empirik maupun rasional, maka berubah menjadi kepastian. Akhirnya kepastian yang sering teruji kebenarannya melahirkan keyakinan.